Sidebar Ads

banner image

Kafir Teologi atau Kafir Politisasi?


Oleh: Arya Mahendra*

Saat ini, yang disebut "Kafir" dalam wacana-wacana kaum muslim cenderung bukan hal teologis lagi, akan tetapi lebih cenderung berbau pokitis.
Gagasan khilafah semenjak di dengungkan ulang oleh kelompok "Ikhwanul Muslimin" dan "Hizbut Tahrir" untuk "Kebangkitan Islam" banyak merubah warna keislaman di seluruh dunia, terutama kaum muda sehingga kalangan ini cocok disebut sebagai "Kaum Islam Reformis".

Gagasan membangakitkan lagi khilafah ada dikarenakan mereka merasa Islam kalah bersaing dengan gagasan yang lain terutama oleh bangsa-bangsa Barat.
Akan tetapi cara pembangkitan Islam versi kaum "Syabab" khilafah menganut teologi dan alam pikir wahabi sehingga keislaman mereka sangat kering dari keruhanian bahkan hingga kini menjadi anti-kemanusiaan yang terbukti nyata di Suriah dan Irak. Umat nabi Muhammad sendirilah yang mereka bantai secara masal dengan tuduhan "Kafir" karena tidak sependapat dengan mereka. Bahkan, ada pemberitaan seorang ibu dibunuh didepan umum oleh anaknya sendiri karena si ibu menghendaki si anak tidak bergabung dengan ISIS, dan banyak kisah-kisah anti kemanusiaan dan anti kehidupan yang sengaja mereka sebar melalui You Tube, facebook, dan media sosial lain demi menebar terror kejiwaan dan propaganda politik mereka.
Ambisi untuk menguasai dunia dengan cara biadab sudah menjadi trade mark tersendiri bagi apa yang disebut sebagai "Khilafah".

Di indonesia sendiri, khilafah (Hizbut Tahrir) banyak di dukung oleh adik-adik remaja kita mulai usia SMP hingga Mahasiswa, umumnya mereka gadis-gadis manis yang lugu, tidak tau apa-apa soal sejarah Islam (sejarah kelamnya khilafah hingga saat ini). Mereka diajarkan untuk membenci pemerintah yang sah, membenci bangsa lain yang bukan Islam, bahkan hingga ada yang membenci pelajaran di sekolah karena mereka anggap sains tidak berbasik Al Qur'an dan hadis"
Suatu gagasan akan terhubung dengan gagasan lain yang memiliki warna kesadaran sejenis. Di Indonesia gerakan seperti Hizbut Tahrir (akan) terhubung dengan agenda-agenda politik PKS, demo-demo FPI, jamaah MTA, kalangan penganut wahabisme, dan orang-orang yang hanya mengenal Islam dari sisi luar dan tekstualis saja. Lalu, keterkaitan demikian itu (meski kadang juga bentrok diantara mereka) akan memiliki satu tujuan yang sama yaitu "Syariah dan Khilafah".
Cara berislam versi "Syariah dan Khilafah" terbukti membawa kekacauan di seluruh dunia, dan memang tujuan mereka meruntuhkan peradaban ini dan diganti dengan peradaban versi mereka yang mereka anggan "Qur'ani". Akan tetapi, bila gagasan seperti itu dianggap Qur'ani maka orang akan menilai bila produk Al Qur'an adlah kekacauan bahkan kekejian yang sudah terbukti nyata, bahkan umat Muhammad s.a.w. sendirilah yang menjadi korban terbesar gagasan Al Qur'an baik korban jiwa maupun korban pembodohan.
Bila hal seperti itu dianggap sebagai "Penafsiran Al Qur'an", sebenarnya tidak harus sebiadab seperti itu, masih ada tafsir dari ulama' dari alam pikir berbeda yang ingin mengaplikasikan Al Qur'an dalam kehidupan secara tidak egois dan menebar kasih diantara keberagaman di dunia ini.
Sekali lagi saya katakan. Khilafah adalah konsep teokrasi yang sangat mengerikan. Apakah kurang perlu bukti kebenaran ungkapan saya ini dengan apa yang terjadi di Suriah dan Irak ?. Apakah kurang bukti sejarah di masa lalu betapa sesama kekhalifahan saling berperang ?. Apakah kurang tragis ketika Ahlul Bayt Nabi s.a.w. dibunuh dengan alasan kewibawan khilafah. Apakah kurang dahsyat kekejiannya ketika seorang Amirul Mu'minin Ali bin Abi Thalib sebagai cahaya ilmu dan hikmat dalam Islam di bunuh karena dianggap tidak menetapkan hukum sesuai dengan Al Qur'an (karena kebohan dan kemunafikan) mereka. Apakah kurang penafian figur Islam ketika Utsman ibn Affan dibunuh masa karena dia tidak bisa memimpin disebabkan terlena dengan jabatan yang diberikan kaum muslim kepadanya ?.
Berpikirlah ... berpikirlah ... dan berpikirlah !
Saat ini pergolakan Islam di Indonesia sudah begitu nyata di level politik. Secara finalnya mereka memang ingin menjadikan Indonesia medan konflik seperti di Suriah dan Irak demi membangkitkan khilafah. Pergolakan ini memberi pengaruh yang nyata dalam fenomena sosial karena mereka memang menebar propaganda dan adu-domba. Orang Islam awam yang mendakwakan diri "Bela Islam" karena kebodohannya akan semakin berbuat anarki. Penyerangan orang Islam terhadap umat lain seperti perusakan tempat ibadah sudah sangat sering terjadi, demikian juga ancaman terhadap etnis lain yang mereka identikkan dengan kaum non Muslim seperti orang Cina, Barat, dan suku-suku pedalaman.
Video ini hanya salah satu yang mengilustrasikan betapa ngerinya pada dampak sosial gagasan Membangkitkan Islam metode Syariah dan Khilafah itu.





Video diatas masih tergolong kasus "ringan" karena korban jiwa hanya dua orang yang terlihat dalam video ini. Sedangkan apa yang terjadi di Suriah, Irak, Yaman, Nigeria, Afghanistan, dsb, sudah jutaan jiwa terhitung dari beberapa tahun terakhir ini. Mereka dibantai secara masal dengan alasan "Islam ....!".

*Sumber:
http://facebook.com/sirius.b1800

Kafir Teologi atau Kafir Politisasi? Kafir Teologi atau Kafir Politisasi? Reviewed by Erhaje88 Blog on October 30, 2016 Rating: 5

Stay Connected

Powered by Blogger.