Sidebar Ads

banner image

Antara NU dan Islam Nusantara (3)

<<Sebelumnya...
Islam datang membawa harta-benda, orang Jawa juga tidak doyan. Kenapa? Orang Jawa beragama hindu. Hindu itu, orang
kok ngurusin dunia, kastanya keempat: Sudra . Yang boleh bicara agama adalah orang Brahmana , kasta yang sudah tidak membicarakan dunia.


 Dibawah
Brahmana ada kasta Ksatria, seperti kalau sekarang bupati.
 Ini juga tidak boleh bicara agama, karena masih
ngurusin dunia. Dibawah itu ada kasta namanya Wesya (Waisya), kastanya pegawai negeri. Kasta ini tidak boleh bicara agama. Dibawah itu ada petani, pedagang dan saudagar, ini kastanya Sudra . Kasta ini juga tidak boleh bicara agama. Jadi kalau ada cerita Islam dibawa oleh para saudagar, tidak bisa dterima akal.
Secara teori ilmu pengetahuan ditolak, karena saudagar itu Sudra dan Sudra tidak boleh bicara soal agama. Yang cerita Islam dibawa saudagar ini karena saking judeg-nya, bingungnya memahami Islam di Indonesia. Dibawahnya ada kasta
Paria , yang hidup dengan meminta, mengemis. Dibawah Paria ada pencopet, namanya kasta Tucca. Dibawah Tucca ada maling, pencuri, namanya kasta Mlecca. Dibawahnya lagi ada begal, perampok, namanya kasta Candala.

 Anak-anak muda NU harus tahu. Itu semua nantinya terkait dengan Nahdlatul Ulama.
Akhirnya para ulama kepingin, ada tempat begitu bagusnya, mencoba diislamkan. Ulama-ulama dikirim ke sini. Namun mereka menghadapi masalah, karena orang-orang disini mau memakan manusia. Namanya aliran Bhairawa. Munculnya dari Syiwa. Mengapa ganti Syiwa, karena Hindu Brahma bermasalah. Hindu Brahma, orang Jawa bisa melakukan tetapi matinya sulit. Sebab orang Brahma matinya harus moksa atau murco. Untuk moksa harus melakukan upawasa. Upawasa itu tidak makan, tidak minum, tidak ngumpulin istri, kemudian badannya menyusut menjadi kecil dan menghilang. Kadang ada yang sudah menyusut menjadi kecil, tidak bisa hilang, gagal moksa, karena teringat kambingnya, hartanya.
 Lha ini terus menjadi jenglot atau batara karang. Jika anda menemukan jenglot ini, jangan dijual mahal karena itu produk gagal moksa.

 Akhirnya, ada yang mencari ilmu yang lebih mudah, namanya ilmu
ngrogoh sukmo . Supaya bisa mendapat ilmu ini, mencari ajar dari Kali. Kali itu dari Durga. Durga itu dari Syiwa, mengajarkan Pancamakara. Supaya bisa ngrogoh sukmo , semua sahwat badan dikenyangi, laki-laki perempuan melingkar telanjang, menghadap arak dan ingkung daging manusia. Supaya syahwat bawah perut tenang, dikenyangi dengan seks bebas. Sisa-sisanya sekarang ada di Gunung Kemukus. Supaya perut tenang, makan tumpeng. Supaya pikiran tenang, tidak banyak pikiran, minum arak. Agar ketika sukma keluar dari badan, badan tidak bergerak, makan daging manusia. Maka jangan heran kalau tumbuh Sumanto. >>Selanjutnya...
Antara NU dan Islam Nusantara (3) Antara NU dan Islam Nusantara (3) Reviewed by Erhaje88 Blog on April 02, 2017 Rating: 5

1 comment:


  1. Assalamu'alaikum Warahmatullahi wabarkatuh

    Allah Subhanahu wata’ala berfirman :
    "Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian,” pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar”. (Al-Baqarah :8-9)

    Kita patut perihatin ketika ada salah seorang yang mengaku sebagai bagian dari kaum muslimin berkata bahwa “hukum agama harus tunduk pada hukum konstitusi”.

    Padahal sama-sama kita ketahui, yang akan menyelamatkan kita dari siksa api neraka bukanlah tunduk pada hukum ataupun undang-undang konstitusi, melainkan tunduk dan patuh terhadap hukum ataupun undang-undang Allah Ta’ala.
    Karena yang menciptakan kita bukanlah mereka yang membuat hukum konstitusi, tapi yang menciptakan kita adalah pencipta alam semesta dan isinya, termasuk kita di dalamnya, yakni Allah Ta’ala.
    Dia-lah yang maha besar, maha segalanya, ketundukan padanya menjadi hal yang utama dibanding dengan ketundukan terhadap apapun di dunia ini.

    Maka, orang yang berkata bahwa hukum konstitusi itu lebih tinggi kedudukannya dibanding dengan hukum Allah Ta’ala, bisa jadi dia adalah orang yang buta mata hatinya.

    Orang seperti ini, adalah orang yang hendak menipu kaum muslimin, seakan-akan dia adalah bagian dari kaum muslimin, tapi hatinya, berada bersama-sama dengan golongan kaum kafir.

    “Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian,” pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar”. (Al-Baqarah :8-9)


    Mobedzan, seorang ahli hukum berkebangsaan persia pernah berkata “ Kerajaan tidak sempurna kemuliaannya kecuali dengan syariat dan memenuhi hak Allah dengan mematuhi-Nya dan bertindak sesuai dengan perintah dan larangan-Nya. “

    Harusnya kita bangga menjadi bagian dari kaum muslimin, dan senantiasa mendakwahkan ajaran islam hingga terwujudnya kehidupan yang islami dalam sistem yang islami pula.
    Bukan malah menampakkan wajah yang bermuka dua. Disatu sisi mengaku sebagai seorang muslim, namun di sisi yang lain, menampakkan ketidaksukaannya kepada ajaran-ajaran islam. inilah orang-orang yang disebut sebagai orang munafik dalam hal akidah Dan neraka adalah tempat kembalinya. Naudzubillah

    Syariat islam adalah syariat yang mulia, dia akan senantiasa membawa keberkahan kepada siapa saja dan dimana saja dia diterapkan, inilah janji Allah Ta’ala yang termaktub dalam firmannya surat Al-Araaf ayat 96 :

    Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi,

    Dalam Kitabul Iman karya Abdullah al Wazaf, beliau menuliskan kalimat yang begitu “telak” bagi mereka yang mengaku muslim namun menolak terhadap syariat Allah. Bahwasannya “Hanya orang-orang muslim yang bodohlah yang ingin menyia-nyiakan syariat Tuhan dan menggantikannya dengan undang-undang manusia”.

    Dengan demikian, maka seseorang cukup dikatakan sebagai orang yang jahil tatkala dia mengaku sebagai seorang muslim namun menolak syariat islam diterapkan di negerinya. Dan cukup dikatakan orang itu jahil, apabila membela mati-matian undang-undang buatan manusia. karena sesungguhnya undang-undang Allah adalah yang mulia lagi membawa rahmat keseluruh alam.

    “Apakah hukum jahiliyah yang mereka cari? Dan siapakah yang lebih baik hukumnya daripada [hukum] Allah bagi orang-orang yang yakin.” (QS. Al-Ma’idah: 50)

    ReplyDelete

Erhaje88 tidak bertanggung jawab atas isi komentar yang ditulis. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Stay Connected

Powered by Blogger.