Sidebar Ads

banner image

Ngaji Babad Diponegoro (1)



Oleh: Ahmad Baso

Ini adalah naskah Babad Diponegoro yang ditulis tangan oleh Pangeran Diponegoro di pembuangannya di Menado tahun 1833. Ini ditulis sendiri dengan aksara Jawa pegon, dengan total halaman 1.151 halaman. Naskah satu satunya di dunia ini kini tersimpan di PNRI kode KBG 282, kondisi lapuk, menunggu proses digitalisasi kalau masih sempat diselamatkan.

Coba perhatikan: seorang pangeran Yogyakarta menulis naskah dalam seribu halaman lebih dnegan aksara pegon, itu dipelajari dimana??? Jelas tidak mungkin dalam kraton, tapi di pesantren. Maka tidak heran kalau teks babad ini penuh dengan pengalaman sang pangeran akrab dengan dunia peradaban kaum santri saat itu, mulai dari khazanah keagamaan hingga peradaban ekonomi, politik dan kesastraan pesantren.

Ada beberapa yang sudah menterjemahkan teks ini. sebagian atau seluruhnya. Tapi banyak pula yang sesat memahami isi teks ini. Sederhana sebabnya: Mereka tidak bisa ngerti istilah-istilah pesantren dan nama nama kitab beserta isinya karena mereka tidak bisa baca yang pegon ini, termasuk peneliti terkenal Pak Peter Carey yang 30 tahun sudah meneliti Diponegoro.
Kitab Ihya Ulumuddin dalam teks itu misalnya ditransliterasi oleh Pak Peter jadi Kitab Hakikul Modin..!!
Kini siapa lagi yang bisa diharap membaca teks ini untuk menjawab tantangan tantangan peradaban kita?
siapa lagi yg bisa baca pegon seperti ini?

Saya ingat proyek orang orang Israel menanamkan pelajaran kebangsaan bagi generasi muda dengan menghidupkan kembali askara Ibrani yang sudah punah seribu tahun lalu.
Kini aksara pegon yang masih hidup mau dibunuh oleh umat Islam terpelajar sendiri di negeri ini.
ada seorang profesor UIN bilang tidak perlu kembali ke pegon, cukup yang Latin saja...
Ada pula profesor UIN di tempat lain bilang Islam Nusantara itu hanya reaksi, bukan hasil konstruksi keilmuan yang genuin.
Ada lagi profesor UIN dari kampus berbeda bilang kita banyak tantangan, nah perlu dicari solusi. Apa yang bisa dijawab khazanah naskah naskah kita? Terus, saya tanya, selama prof jadi rektor, apa saja yang dikerjakan untuk menggalakkan aksara Nusantara sendiri?!!

Kalau sudah kayak gini memang hancur sudah, khazanah bangsa sendiri akan lenyap seratus tahun kemudian..
Saya kira perlu diusulkan agar para calon professor itu diuji dulu bisa ngaji teks teks pegon atau Jawi, bukan pakai standar tulisannya masuk di jurnal yang diindeks oleh Scopus tapi isi otaknya impor semua, kayak impor garam...
Ngaji Babad Diponegoro (1) Ngaji Babad Diponegoro (1) Reviewed by Erhaje88 Blog on August 04, 2017 Rating: 5

1 comment:

  1. ANJAY... AKHIR CERITANYA BAGUS... ADA IMPOR GARAMNYA.. IRONI MEMANG..

    ReplyDelete

Erhaje88 tidak bertanggung jawab atas isi komentar yang ditulis. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Stay Connected

Powered by Blogger.