Sidebar Ads

banner image

Ingin Menang Pilpres 2019? Bersekutulah Dengan Via Vallen!

Oleh: Didik Fitrianto


Hadiah terindah yang diberikan Tuhan kepada bangsa Indonesia adalah mahluk manis nan menggemaskan ini, Via Vallen. Kalau Anda belum tahu siapa Via Vallen, berarti kelak Anda tidak layak hidup di Asgardia, atau jangan-jangan teman ngopi Anda Felix Siauw? Sungguh hidup Anda tidak mengasyikkan.
(Via Vallen tak ingin menunjukan goyang senonoh di hapadan Vyanisty penggemar setianya. Foto: Instagram of ViaVallen.)
Jadi begini, Via Vallen itu penyanyi dangdut terfavorit di Indonesia saat ini. Walaupun lebih banyak tampil di acara sunatan, syukuran sedekah laut, dan pesta pernikahan daripada tampil di televisi, tapi doi justru lebih disukai masyarakat dari berbagai kalangan. Fakta ini membuat banyak penyanyi dangdut senior sesak nafas, tidak sedikit yang jantungan.

Rahasia di balik kepopulerannya saat ini ternyata ada di tangan fans garis keras yang disebut Vyanisty. Jumlah mereka tidak main-main, puluhan juta orang. Bagi Vyanisty, Via Vallen bukan lagi sekadar penyanyi dangdut, tetapi seolah sudah dijadikan `sila keenam`: Anda belum menjadi Indonesia sebelum mendengarkan lagu-lagunya Via Vallen. Seng ada lawan!

Sebagai simbol `sila keenam`, maka jangan bandingkan Via Vallen dengan Ayu Ting Ting, Cita Citata, atau Saskia Gotik. Mereka bukan levelnya karena kemampuan mereka hanya sebatas membuat lawakan tidak lucu di televisi, yang menjadikan penontonnya semakin percaya bahwa bumi itu datar dan sepatu hak tinggi menyebabkan perempuan tidak bisa hamil.

Via Vallen menjadi contoh nyata apa yang pernah ditulis oleh Reynald Kasali tentang "Shifting", adanya pergeseran selera dan gaya hidup di masyarakat. Ini terbukti incumbent macam Ayu Ting Ting, Cita Citata, dan Saskia Gotik seberapa pun kuat brand dan reputasinya, terjungkal akibat tidak melakukan inovasi, baik pada goyangan, pakaian, maupun lagunya. Mereka sangat membosankan.

Sayangnya, fenomena "Shifting" kemudian hanya disikapi dengan tangisan dan nyiyiran, misalnya fansnya Ayu Ting Ting yang sering disebut ikan mujaher, eh balajaer, mengatakan suara Via Vallen seperti orang lagi kena demam tinggi dan kampungan. Oleh Reynald Kasali, penyanyi dan fans seperti ini disebut sebagai salah urus, kurang respons, dan menyangkal perubahan. Akibatnya, masa depan mereka suram.

Seiring keberhasilan Ustadz Syam yang mendakwahkan bahwa di surga ada pesta seks, maka selera masyarakat pun bergeser. Kini, penyanyi dengan goyangan hot mulai dari gaya ngecor, goyang itik, sampai ngangkang, plus paha mulus dan belahan dada yang aduhai, tidak disukai lagi. Alasannya, karena di surga juga akan ketemu yang begituan.

Saat ini, masyarakat lebih menyukai penyanyi dangdut dengan pakaian sopan model K Pop, riasan wajah sederhana, dan lirik lagu yang merakyat ala Via Vallen. Di kalangan penikmat dangdut juga sama. Saat ini, ibu-ibu berhijab lebar pun demen berjoged yang ena-ena, apalagi junjungan mereka si raja jogged Caesar telah berhijrah kembali ke dunia televisi. Acara joged pun makin saru, eh seru.

Pemilu 2019, Via Vallen adalah kunci
Via Vallen dengan jutaan pengikutnya akan menjadi magnet raksasa pada hajatan politik tahun 2019 mendatang. Saya sarankan, siapa pun calon presiden yang ingin terpilih, wajib bersekutu dengan Via Vallen. Dijamin kursi kekuasaan mudah didapat, semudah ngomong minta balikan lagi ke mantan, eh.

Keuntungan capres bersekutu dengan Via Vallen antara lain, tidak perlu repot membuat aksi bela ini-itu, mengumpulkan koin receh satu drum perkelurahan, bikin tagar seperti #TGB2019, atau mendirikan institute-institute segala untuk menjadi presiden. Cukup Via Vallen menyanyikan lagu "Tewas Tertimbun Masa Lalu", maka jutaan mantan yang belum move on akan turun ke jalan menduduki istana dan gedung DPR. Urusan memilih presiden pun lebih mudah, praktis, dan murah.

Jangan takut juga kalau capres lain bersekutu dengan penyanyi lain, misalnya Iwan Fals atau group Slank. Percayalah, kedua penyanyi ini jumlah fansnya tidak banyak lagi. Iwan Fals yang fansnya didominasi orang doyan ngopi, sementara fans Slank pun pasukan Kecebong.

Kalau pun nanti lawan mengerahkan massa aksi 121 yang jumlahnya jutaan, jangan takut. Via Vallen cukup menyanyikan lagu yang judulnya "Polisi", dijamin yang lagi di Arab Saudi tidak berani pulang untuk memimpin aksi.

Belum percaya dan ingin membuktikan kekuatan Vyanisty? Cobalah naik bis jurusan Surabaya -- Jakarta. Ratusan bis yang mengangkut ribuan orang tiap harinya wajib memutar lagu-lagunya Via Vallen jika ingin mendapatkan penumpang. Kalau sudah jadi penumpang duduk yang manis saja, jangan sekalipun protes minta lagunya diganti, kalau tidak ingin dibuang di tengah jalan.

Masih kurang yakin? Mainlah ke Victoria Park di Hongkong saat hari minggu atau hari libur, terus kamu putar lagunya Via Vallen yang judulnya "Aku Cah Kerjo" dengan volume super tinggi, dijamin banjir tuh taman oleh air mata ribuan TKI Indonesia.

Masih tidak percaya juga? Baiklah, nontonlah pertandingan sepak bola antara Persis Solo lawan PSIM Jogja atau Persijap lawan PSS Sleman. Coba situ bawa poster gede bertuliskan "Via Vallen Pabu!" (Pabu dalam bahasa gaul anak muda Jogja artinya an****g), terus situ lari ke tengah lapangan. Tidak ada lima menit, kelar hidup loe!

Itulah kehebatan Via Vallen yang tidak dimiliki oleh tokoh politik mana pun di Indonesia. Dia juga mampu mempersatukan semua kalangan, mulai dari aliran sesat dengan aliran garis lurus, mama-mama muda bersein kiri belok ke kanan dengan abang ojeg, pengusung khilafah dengan Banser, Ahokers dengan massa 212, sampai musuh abadi Jokowers dengan Prabowers, mereka bersatu padu bergoyang menyanyikan lagu "Sayang".

Jadi, nikmat apalagi yang kau dustakan wahai capres Indonesiaku? Bersekutulah dengan Via Vallen, maka kau akan menang! (kompasiana)
Ingin Menang Pilpres 2019? Bersekutulah Dengan Via Vallen! Ingin Menang Pilpres 2019? Bersekutulah Dengan Via Vallen! Reviewed by Erhaje88 Blog on January 08, 2018 Rating: 5

No comments:

Erhaje88 tidak bertanggung jawab atas isi komentar yang ditulis. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Stay Connected

Powered by Blogger.