Sidebar Ads

banner image

Yogyakarta Dalam Ancaman Tangan - Tangan 'Setan'

Saya hidup di Jogja tepatnya di Bantul, desa yang saya tempati didominasi oleh Orang katolik, Protestan dan Muhammadiyah. Sedangkan yang dari NU cuma saya.
Kenapa desa tersebut di Dominasi oleh Katolik dan Prorestan? Konon, karena memang desa tersebut diisi oleh anak cucu dari dua Keluarga Besar Katolik dan Protestan, lambat laun desa tersebut akhirnya banyak yang menikah dengan umat Islam dari kalangan Muhammadiyah.

Kami di desa itu hidup sangat rukun, penduduk desa yang berjumlah 6 ribu lebih yang dimana Katolik dan Protestan adalah yang mendominasi jumlah desa itu.

Ormas Front Jihad Islam (FJI) membubarkan paksa acara bakti sosial yang diselenggarakan Gereja Katolik Santo (St) Paulus Pringgolayan, Banguntapan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada Senin (29/1)


Namun demikian, walau mereka lebih banyak dari penduduk yang Muslim, mereka selalu sangat menghormati kami yang Muslim. Mereka setiap Ramadhan tidak pernah berani makan didepan rumah atau diluaran. Setiap Idul Adha mereka mengirimkan Sapi-sapi dan kambing-kambing ke Masjid untuk disembelih dan dibagikan ke semua penduduk desa sampai dibagikan ke desa lain (saking banyaknya sapi dan kambing yang disembelih) karena kebetulan secara ekonomi mereka lebih berada ketimbang Umat Islam didesa itu.

Bahkan keharmonisan kami bukan sampai ditahap itu, melainkan mereka juga sering mengundang warga Muhammadiyah dan termasuk saya, untuk hanya sekadar meminta doa dalam peringatan hari kematian salah satu dari keluarga mereka (Muhammdiyah dan Warga non Muslimnya doyan mendoakan orang Mati seperti warga NU ya... Keren...).

Saya sendiri kurang paham tentang sejak kapan tradisi mengundang warga untuk dimintain doa dalam peringatan hari kematian keluarga mereka.
Mereka melakukan seperti itu sudah sejak lama dan tidak ada sedikitpun misi Kristenisasi, toch dari dulu mereka melakukan itu tidak ada satupun warga muslim di desa tersebut masuk berpindah ke agama mereka.

Namun, akhir-akhir ini keharmonisan itu seperti ada yang hendak mengoyaknya. Sejak munculnya penceramah-penceamah radikal dan provokasi yang mengatasamakan gerakan Shalat Subuh yang di Prakarsai oleh BN di Jogja, rupanya provokasi dari para dai intoleran dan bughat yang mengatasnamakan gerakan shalat subuh telah berhasil meracuni masyarakat awam yang lagi frustasi menghadapi hidup sampai akhirnya provokasi tersebut berhasil membentuk Ormas 'Setan' bernama FJI ( Front Jihad Islam ). Dan Kemarin FJI tersebut telah melakukan tindakan diluar Syariat Islam dan adat kultur budaya Jogja yang selama ini dikenal lembut dan humanis. Mereka menghentikan acara bakti sosial yang dilakukan oleh saudara-saudara kita dari Umat kristiani.

Tentu saja Kanjeng Sri Sultan harus secepatnya bertindak mengembalikan Jogja ke asalnya. Harus secepatnya mengadakan sosialisasi dengan masyarakat Yogyakarta untuk kembali bersama-sama menolak paham-paham yang bertentangan dengan Syariat Islam dan Kultur Budaya di wilayah daerah istimewa tersebut.

Dan bagi saudara-saudara kita dari Umat Kristiani agar selalu melibatkan Warga NU -Aktivis NU, Ansor, dan Aktivis Muhammadiyah, Kokam, ketika hendak megadakan bakti sosial. Saya yakin dengan cara ini tangan-tangan 'Setan tidak akan berani melakukan hal seperti kemarin.

Diceritakan oleh: 
Iik Fikri Mubarok di Facebook
Yogyakarta Dalam Ancaman Tangan - Tangan 'Setan' Yogyakarta Dalam Ancaman Tangan - Tangan 'Setan' Reviewed by Erhaje88 Blog on January 30, 2018 Rating: 5

1 comment:

Erhaje88 tidak bertanggung jawab atas isi komentar yang ditulis. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Stay Connected

Powered by Blogger.