Di tengah geram dan marahnya publik atas perilaku para teroris yang dengan mudahnya melenyapkan nyawa manusia tak berdosa ada pendapat yang menarik. Pendapat itu datang dari mantan napi terorisme yang meminta agar Densus 88 diawasi dalam melakukan pemberantasan terorisme.
Menurutnya agar Densus berperilaku lebih manusiawi dan beradab kepada teman-temannya para pelaku teror. Apakah perilaku para teroris itu manusiawi?
Sebagaiaman ditulis oleh cnnindonesia.com (22/5), mantan narapidana kasus terorisme (napiter) Abu Rusydan menyatakan perlu adanya pengawasan terhadap tindakan aparat dalam menanggulangi terorisme, seperti Detasemen Khusus 88 Antiteror.
Menurut Rusydan, berdasarkan penerapan aturan terkait terorisme sebelumnya, yakni Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, terdapat sejumlah kesalahan prosedur yang dilakukan oleh aparat. Misalnya dalam proses penegakan hukum atau sikap aparat terhadap narapidana terorisme.
"Harus ada satu pihak yang bertugas mengawasi. (Pengawas) memberikan sanksi atas kesalahan prosedur," kata Rusydan.
Ia mencontohkan, suatu kali ketika dia ditangkap ada petugas yang mencaci dengan kata-kata yang tidak pantas. Dirinya disamakan dengan hewan yang dianggap haram bagi umat Islam. Bagi Rusydan, caci maki seperti itu lebih sulit diterima daripada perlakuan kasar oleh aparat. Hal ini juga yang dirasakan oleh para napi teroris lainnya.
Hebat kan, komunitas para mantan napi teroris kita ini. Mereka sanggup berbicara soal etika dan penegakkan hukum untuk rekan-rekannya para napi teroris. Mereka minta diperlakukan sesuai koridor hukum yang berlaku, sementara mereka dengan mudahnya menginjak-nginjak hukum? Hukum Indonesia yang mereka anggap sebagai toghut, kemudian minta agar melindunginya? Perbuatan mereka membunuh nyawa manusia tak berdosa apakah perbuatan yang beradab? Bukankah biadab???
Oleh: KNB bms
http://tz.ucweb.com/5_41ZIf
Para Napi teroris (Napiter) menyerah usai membunuh para polisi dengan keji di mako Brimob
Menurutnya agar Densus berperilaku lebih manusiawi dan beradab kepada teman-temannya para pelaku teror. Apakah perilaku para teroris itu manusiawi?
Sebagaiaman ditulis oleh cnnindonesia.com (22/5), mantan narapidana kasus terorisme (napiter) Abu Rusydan menyatakan perlu adanya pengawasan terhadap tindakan aparat dalam menanggulangi terorisme, seperti Detasemen Khusus 88 Antiteror.
Menurut Rusydan, berdasarkan penerapan aturan terkait terorisme sebelumnya, yakni Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, terdapat sejumlah kesalahan prosedur yang dilakukan oleh aparat. Misalnya dalam proses penegakan hukum atau sikap aparat terhadap narapidana terorisme.
"Harus ada satu pihak yang bertugas mengawasi. (Pengawas) memberikan sanksi atas kesalahan prosedur," kata Rusydan.
Ia mencontohkan, suatu kali ketika dia ditangkap ada petugas yang mencaci dengan kata-kata yang tidak pantas. Dirinya disamakan dengan hewan yang dianggap haram bagi umat Islam. Bagi Rusydan, caci maki seperti itu lebih sulit diterima daripada perlakuan kasar oleh aparat. Hal ini juga yang dirasakan oleh para napi teroris lainnya.
Hebat kan, komunitas para mantan napi teroris kita ini. Mereka sanggup berbicara soal etika dan penegakkan hukum untuk rekan-rekannya para napi teroris. Mereka minta diperlakukan sesuai koridor hukum yang berlaku, sementara mereka dengan mudahnya menginjak-nginjak hukum? Hukum Indonesia yang mereka anggap sebagai toghut, kemudian minta agar melindunginya? Perbuatan mereka membunuh nyawa manusia tak berdosa apakah perbuatan yang beradab? Bukankah biadab???
Oleh: KNB bms
http://tz.ucweb.com/5_41ZIf
Napi Teroris Minta Diperlakukan Sesuai Etika? Mikiiirrr....!
Reviewed by Erhaje88 Blog
on
May 23, 2018
Rating:
Reviewed by Erhaje88 Blog
on
May 23, 2018
Rating:
No comments:
Erhaje88 tidak bertanggung jawab atas isi komentar yang ditulis. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE