Sidebar Ads

banner image

Teror Bom Disebut Settingan, Ibu Guru Ini Diciduk Aparat

Ini pelajaran bagi para pengguna sosial media dalam menanggapi suatu peristiwa, terutama menyangkut nyawa dan rasa keamanan. Pendek kata, kritis terhadap pemerintah boleh, bodoh jangan.

Gambar: tribunnews.com

Di tengah duka sebab bom bunuh diri oleh teroris di kota Surabaya, ada saja yang masih menganggap peristiwa menyedihkan ini sebagai sebuah settingan untuk pengalihan isu. Seperti yang dilakukan salah satu kepala sekolah SMP di Pontianak, Kalimantan Barat.

Lewat akun Facebooknya, kepala sekolah bernama Fitri Septiani Alhinduan menuliskan status yang dianggap tidak bersimpati kepada para korban.

Status Fitri Septiani Alhinduan di Facebook

Gara-gara statusnya ini Fitri harus berurusan dengan pihak kepolisian. Ia pun dijemput aparat kepolisian untuk dimintai keterangan.

FSA ditangkap lantaran diduga telah memposting status di Facebook yang berbau ujaran kebencian terkait peristiwa teror yang menghantam tiga gereja di Surabaya, Jawa Timur, Minggu (13/5/2018).

Status FSA ini sempat viral di media sosial, khususnya Facebook. Dari hasil penelusuran, seperti diberitakan oleh Tribun di situs Sekolah Kita milik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, FSA diduga mengemban tugas sebagai kepala sekolah di satu SMP,  Kayong Utara.

Diberitakan sebelumnya bahwa teror bom terjadi di Surabaya, Jawa Timur, Minggu, 13 Mei 2018, pagi. Sejumlah tiga Gereja jadi sasaran pelaku teror.
Gereja Santa Maria Tak Bercela Jalan Ngagel Madya, Gereja Kristen Indonesia (GKI) Jalan Diponegoro dan Gereja Pantekosta Pusat Surabaya Jalan Arjuno.

Fitri Septiani saat dijemput aparat/Facebook

Berdasarkan data terbaru yang dikutip dari media online tribun, ada 14 orang korban meninggal dunia akibat bom tersebut dan puluhan korban luka-luka.

Setelah ditelusuri, ternyata terduga pelaku pemboman adalah satu keluarga. Mereka melakukan bom bunuh diri. Keluarga Dita Supriyanyo diketahui tinggal di kawasan Wonorejo, Rungkut, Surabaya.

Fitri Septiani Alhinduan saat diperiksa aparat kepolisian

Kapolri Jenderal Tito Karnavian menjelaskan peran Dita dan keluarga saat melakukan aski pengeboman.
Tito menuturkan, Dita menyerang Gereja Pantekosta Pusat Surabaya di Jalan Arjuno. Ia naik mobil Avanza dan menabrakannya ke gereja hingga terjadi ledakan. Bom ternyata berada di dalam mobil.

Selanjutnya, istrinya Puji Kuswati dan dua anaknya meledakkan bom di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Jalan Diponegoro Surabaya. Ia datang ke gereja jalan kaki bersama dua anak perempuannya, yakni Fadhila Sari (12) dan Pamela Riskita (9). Puji bersama dua anak perempuan masuk ke gereja dengan membawa bom bunuh diri. Bom ditaruh di pinggangnya.

Sedangkan di Gereja Santa Maria Tak Bercela Jalan Ngagel Madya, bom bunuh diri dilakukan oleh dua anak laku-laki Dita. Mereka adalah Yusuf Fadil (18) dan Firman Halim (16). Keduanya membawa bom dengan cara dipangku. Mereka masuk ke gereja naik motor dan memaksa masuk. Kemudian bom meledak hingga menimbulkan banyak korban.

Peristiwa ini tentu saja mengundang amarah publik. Mereka geram dengan aksi teror yang terus terjadi di Indonesia.

Sumber berita:
http://lampung.tribunnews.com/amp/2018/05/13/sebut-aksi-teror-gereja-di-surabaya-hanya-settingan-oknum-kepala-sekolah-diciduk-polisi
Teror Bom Disebut Settingan, Ibu Guru Ini Diciduk Aparat Teror Bom Disebut Settingan, Ibu Guru Ini Diciduk Aparat Reviewed by Erhaje88 Blog on May 14, 2018 Rating: 5

No comments:

Erhaje88 tidak bertanggung jawab atas isi komentar yang ditulis. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Stay Connected

Powered by Blogger.