Sidebar Ads

banner image

Polemik Tempe Ala Oposan

Bila cara jadul seperti ini terus yang digunakan, maka ada beberapa catatan penting yang bisa digarisbawahi. Pertama berarti mereka tak punya program dengan ide dan gagasan yang hebat, yang itu artinya tak mampu dan berani berkontestasi secara sehat.

(Bakal cawapres Sandiaga Uno menyebut harga sejumlah bahan pokok, salah satunya tempe, terus meningkat. Menurut Sandiaga, karena harganya meningkat, ukuran tempe saat ini setipis kartu ATM/detik.com)

Kedua, ini bukan pendidikan politik yang baik bagi masyarakat Indonesia, bahkan justru makin menumbuhkan polarisasi yang kuat, serta kebencian yang makin membahayakan. Dulu penulis mengatakannya sebagai reformasi yang kebablasan yang berdampak pada demokrasi yang tak beretika.

Benar bahwa kebebasan berekspresi itu menjadi hak bagi setiap warga negara dan itu dilindungi Undang Undang. Tapi masalahnya kemudian jadi banyak yang tak bisa membedakan mana 'Kritik Konstruktif' yang dibarengi dengan solusi, dan mana 'Kritik Destruktif' yang cenderung nyinyir dan bisa menimbulkan kegelisahan masyarakat.

Menyudutkan pemerintah dengan isu yang tak sesuai fakta dan tak diperkuat data, jelas itu hanya ingin menjatuhkan pemerintah sambil berharap meningkatkan elektabilitas si pembuat pernyataan. Jelas ini tak sehat sama sekali dan justru cenderung menyesatkan, karena hanyamemikirkan kepentingan kelompoknya, serta jadi mengabaikan kepentingan bangsa dan negara.

(Meme tempe ATM)

Bagaimana tidak, telor ceplok dijadikan isu nasional, disusul cabe dan bawang yang kesemuanya bisa ditangkis langsung oleh para emak-emak. Kini tempe pun dijadikan isu yang dikatakannya sudah setipis kartu ATM.

Jelas ini isu yang konyol sekali. Kalau 'Tempe Mendoan' dan ''Kripik Tempe' sejak tahun dua, jaman rekiplik memang digoreng tipis-tipis.

Pengusaha tempe sudah tegas tak menaikan harga dan tak mengurangi ukuran kendati harga kedelai naik akibat depresiasi rupiah. Karena ini bukan kali pertama, dan di era-era sebelumnya sudah pernah mengalaminya.

Juga sungguh 'Ngawur bin Ngaco' bila dikatakan fundamental ekonomi Indonesia sangat rapuh. Entah siapa pembisiknya yang tak paham ekonomi makro ini. Karena realitanya fundamental ekonomi Indonesia justru yang terkuat di Asia, terlebih dengan cadangan devisa yang tinggi, dan kini rupiah mulai menguat lagi terhadap dolar Amerika.

"Pemimpin sejati itu berani mengatakan kelebihan dan keberhasilan lawannya, lalu mengatakan Aku akan berbuat yang sama dengan hasil yang lebih hebat"

Jadi bukan hanya menawarkan pesimisme, kegelisahan, ketakutan, dan hal-hal yang tak penting, sementara rakyat tahu bila itu tak benar. Karenanya bagamaina rakyat mau memilihnya bila cara yang diterapkan terlalu kuno, terlebih rakyat pun tak tahu jaminannya apa bila memilihnya.

Sementara Jokowi selain sudah ada bukti, tentunya Erick Tohir akan memilih cara yang lebih futuristik, dan kreatif untuk menyentuh kalangan milenial.

"Makanya pilihlah pemimpin yang kurus saja, tapi giat kerja, biar nggak dikira Mesin ATM yang bau tempe bongkrek. Salam tempe bacem buat politisi bermental tempe"

Oleh: Wahyu Sutono
Polemik Tempe Ala Oposan Polemik Tempe Ala Oposan Reviewed by Erhaje88 Blog on September 08, 2018 Rating: 5

No comments:

Erhaje88 tidak bertanggung jawab atas isi komentar yang ditulis. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Stay Connected

Powered by Blogger.