Sidebar Ads

banner image

Deradikalisasi Bukan Kemustahilan



Oleh: Arya Mahendra


Kelompok Ikhawanul Muslimin kemudian di teruskan oleh Hizbut Tahrir dari mereka cukup sukses menjadikan banyak kaum muda di Indonesia (dan di negara lain) menjadi muda-mudi fundamentalis hingga radikal.

Kaum muda yang sudah terinveksi pemikirannya dengan doktrin radikal memang sulit untuk berubah. Akan tetapi bukan tidak ada peluang untuk sadar akan kemabukan itu.
Saya sendiri dulu juga bagian dari pemuda seperti itu. Hanya saja saya mengalami banyak peristiwa metafisika yang dahsyat dan terhubung dengan kehidupan saya dan orang lain sebagai pesan-pesan dari dimensi dan waktu yang lain yang kemudian tergenapi oleh perjalanan kehidupan saya, sehingga dengan begitu saya mudah sadar betapa hidup bukan sekedar tulisan yang ada dalam kitab-kitab agama.

Jadi intinya adalah "upaya Deradikalisasi". Lalu, peluang apa yang bisa terjadi dalam diri seseorang agar memungkinkan adanya deradikalisasi secara alami bagi kaum muda ?. Jawabnya adalah "Kelabilan psikologi kaum muda". Kaum muda memiliki tekat kuat  karena mencari bagian-bagian dari hidup ini yang bisa menerima eksistensinya. Mereka juga masih bingung dengan melihat kenyataan yang ada dalam hidup ini. Ditambah belum ada pengalaman dalam menyikapi fenomena-fenomena yang mereka lihat. Dan terutama adalah emosi yang belum tertata, meledak-ledak tak terkendali hingga merasa diri sebagai pusat dari segala sesuatu (egotisme). Dan tak jarang pula ada dari mereka hingga pada kondisi kejiwaan kebuasan dan keliaran tertentu sehingga membahayakan diri sendiri dan orang lain. Meski demikian mereka itu mudah galau, terombang-ambing, bingung, tidak bisa memutuskan kemauan secara  tepat, kesedihan mendalam, frustrasi, dsb hingga psikologi mereka labil.

Kelabilan inilah peluang baik untuk kaum muda bisa mengalami deradikalisasi secara alami. Hanya saja memang butuh starter wacana yang mampu menguatkan kesadaran agar keluar dari dogmatisme radikal. Akan tetapi juga tidak menutup kemungkinan bagi seorang muda mengalami deradikalisasi tanpa bantuan siapapun seperti yang saya alami. Akan tetapi juga tetap butuh starter dalam diri pribadi semisal pengalaman ruhani, kekuatan mental, lingkungan yang netral, relasi yang sehat dengan keluarga maupun lingkup pertemanan, finansial yang cukup dan arah hidup yang jelas, ataupun juga cara pikir ilmiah, dsb.

Mungkin ada pertanyaan :"Kenapa radikal itu tidak boleh ?". Saya jawab :"Radikal itu boleh dalam berfilsafat sehingga mampu menganalisa suatu soalan lebih baik. Akan tetapi radikalisme agama dan politik itu membahayakan diri sendiri dan orang lain, bahkan sangat mungkin merusak tatanan hidup yang sudah ada dan selalu diupayakan untuk menjadi lebih baik !". Radikalisme sudah begitu nyata membuat kerusakan di bumi Timur Tengah sejak zaman dahulu kala hingga detik ini. Jadi, apakah kita akan rela tanah air kita hancur hingga selalu konflik yang diawali dari pemikiran agama hingga tak berkesudahan seperti di Timur Tengah ?. Tentu saja tidak !.

Radikalisme di Indonesia tumbuh subur semenjak kelompok Hizbut Tahrir gencar menyebarkan pemikiran khilafah melalui kampus-kampus, dan itu sebenarnya sudah ada semenjak zaman pemerintahan Presiden Soeharto, hanya saja mereka menggunakan teknik tertentu agar misi mereka bisa berjalan baik. Mereka punya tahapan-tahapan tertentu dalam menyampaikan dakwahnya hingga tahap paling final adalah menggulingkang pemerintahan yang sah. Dulu, tahun 90an Hizbut Tahrir masih mendakwakan tentang bagaimana konsep khilafah dan berusaha memperbaiki  moral jamaahnya. Tetapi tidak lagi saat ini ketika gagasan-gagasan khilafah semakin terhubung dengan ide-ide dan kelompok-kelompok lain dengan tujuan mengambil alih peradaban dunia dan menggantinya dengan peradaban yang mereka katakan Islami.

Mungkin sekilas terkesan baik, tetapi tidak pada kenyataannya, dan juga tertulis dalam sejarah khilafah-khilafah yang penuh pertumpahan darah dan kemunafikan sehingga umat nabi Muhammad sendiri-lah yang menjadi korban paling besar jumlahnya.  Dan yang terpenting untuk diingat bahwasanya khilafah itu ibarat kebingungan umat Islam itu sendiri, sesama khilafah juga saling membunuh. Mereka menjadikan ayat-ayat Al Qur'an sebagai pengukuh ambisi bahkan kebiadaban. Khilafah tidak ada perintah tertulis dalam Al Qur'an membuat sistem kejam seperti itu akan tetapi khilafah hanya hasil ijtihad orang-orang tertentu, dan orang yang menjabat khalifah umumnya mereka mengangkat dirinya sendiri sebagai khalifah atau ditunjuk oleh temannya sebagai khalifah sebelumnya. Jadi bagaimana itu betul sebagai perwakilan Allah di muka bumi ini terlebih perilaku khilafah itu semakin jauh dari akhlak yang diajarkan oleh Rasulullah s.a.w. hingga tak tanggung-tanggung mereka menghidupkan lagi perbudakan di zaman modern ini dimana dulu perjuangan nabi Muhammad yang paling utama adalah menghapus perbudakan ?

Kembali ke persoalan kaum muda. Kaum muda memang dipuji dalam Al Qur'an, tetapi belum ingatkah anda seperti apa pemuda yang dipuji dalam Al Qur'an. Kalau kita sudah terbiasa dengan Al Qur'an tentu akan mudah mengingat kisah-kisah pemuda dalam Al Qur'an, mereka adalah (1) Ibrahim a.s. (2) Yusuf a.s. (3) Ashabul Kahfi. Mari coba kita amati tiga pemuda ini.

Ibarhim a.s. adalah seorang pemuda penuh dialektis. Beliau biasa mempertanyakan gejala alam hingga membuat kesimpulan adanya satu kontrol tunggal atas semesta yang kemudian dipahami sebagai Allah Tuhan semesta alam. Proses dialektika yang ada dalam diri nabi  Ibrahim tidak berhenti meski sudah bisa terhubung dengan zat pengontrol semesta itu. Bahkan beliau bertanya sebagaimana orang bermental agnostik saat ini dengan pertanyaan :"Tuhan, bagaimana Engkau menghidupkan dari kematian ?". Demikian juga pada level sosial nabi Ibrahim tidak taat membabi buta pada Tuhan atas perintah-Nya ketika beliau disuruh menyembelih putranya sehingga mengajak putranya untuk berdiskusi terlebih dahulu soal perintah Tuhan yang dirasa janggal itu. Intinya adalah beliau seorang yang bijak dan tidak antem kromo bahkan suka mengamati alam semesta dimana ini adalah cikal bakal perilaku saintifik.

Nabi Yusuf. Nabi Yusuf seorang pemuda tampan yang tidak tergiur dengan gemerlap dunia baik harta maupun perempuan, dengan demikian beliau dapat mengelola negeri Mesir dengan baik dan mampu menanggulangi bencana hebat yang melanda Mesir zaman itu. Beliau itu orang yang toleran. Ini terbukti ketika nabi Yusuf memaafkan kejahatan konspirasi saudara-saudaranya dengan membuang Yusuf waktu kecil dalam sumur sehingga terpisah dari keluarga mereka. Dan lebih nyata toleransinya adalah ketika beliau mau bekerja bagi seorang raja kafir (Fir'aun). Apa ada contoh kasus toleransi yang lebih hebat dari ini, ketika seorang mukmin mau bekerja bagi raja yang kafir dan bukan sebangsa dengan dia ?. Dengan sikapnya yang toleran itu nabi Yusuf mendapat banyak simpati manusia hingga gagasan monotheisme masuk ke tanah Mesir. Bila dikatakan dengan bahasa Islam, itu adalah dakwah dengan hikmat dan akhlak.

Ashabul Kahfi. Ashabul Kahfi adalah pemuda pemuda yang berhijrah ketika sistem politik di negeri mereka rusak. Mereka berperilaku ruhani dalam menyembah Tuhan. Sehingga setelah ganti generasi pesan-pesan dari kisah mereka dipahami generasi  lain dan menjadi penanda akan adanya kuasa yang tidak bisa mengerti oleh akal pikiran biasa.

Demikianlah tipikal pemuda yang dipuji oleh Al Qur'an, semoga bisa menjadi inspirasi kaum muda agar tidak terjebak dalam hasil ijtihad orang yang penuh ambisi dan ingin membangun dunia dengan melalui kekerasan, padahal gagasan seperti itu sudah kadaluarsa dan berseberangan dengan nilai kemanusiaan yang luhur.

Perjuangan (jihad) bukan sekedar rusak merusak dengan senjata, akan tetapi perjuangan bisa melalui apa yang ada dihadapan kita masing-masing. Berjuanglah bagi para pelajar dan mahasiswa dengan belajar tekun, menjadi kaum muda yang cerdas, berintelektual tinggi agar berguna bagi keluarga, bangsa, negara, dan agama. Memiliki SDM yang bagus sehingga memajukan negeri ini. Berjuanglah dengan bisnis anda dengan bisnis yang sehat, memberi layanan terbaik bagi sesama sehingga keuntungan lebih merata (adil). Berjuanglah jasa yang anda miliki dengan baik sehingga dengan begitu kebutuhan jasa atas orang lain bisa anda penuhi dan anda sendiri mendapat keuntungan memuaskan yang anda butuhkan. Berjuanglah dengan niatan baik dalam menghadapi peristiwa-peristiwa yang ada dihapadapan anda, agar anda memiliki dampak positif bagi lingkungan, dsb.
Deradikalisasi Bukan Kemustahilan Deradikalisasi Bukan Kemustahilan Reviewed by Erhaje88 Blog on November 02, 2016 Rating: 5

No comments:

Erhaje88 tidak bertanggung jawab atas isi komentar yang ditulis. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Stay Connected

Powered by Blogger.