Hukum Syariah Itu Luas, Jangan Disempitkan

Oleh: Ahmad Tsauri


Jangan menyempitkan luasnya syariat dengan pemahaman kita yang terbatas atas syariat itu. Setiap orang bisa memilih syariat yang sesuai dengan dirinya. Akidah mau Asy'ariyah boleh, mau Maturidiyah Oke, mau Mu'tazilah tidak masalah, mau ikut Ahl Hadis tidak apa-apa, asal Anda paham dengan baik.

Mau nikah boleh, uzubah (melajang) tak jadi soal, Anda mau berpakaian sesuai sunah atau sekadar menutup aurat sah-sah saja, mau hidup miskin dengan penuh kesabaran atau bekerja dan kaya raya penuh kesyukuran dua-duanya masih dalam bingkai syariah.

 Mau memilih salah satu dari fikih Hanafi, Syafii, Maliki, Hanbali, bagus sekali, mau ngemix dan memilih dari madzhab berbeda untuk persoalan tertentu, sah. Seperti Wudhu madzhab Maliki dan sholat madzhab Syafi'i, selama Anda tidak talfiq, atau mencampurkan antar sah dan tidak sah dalam satu momentum menurut dua atau beberapa madzhab.
Dalam tasawuf juga demikian, Anda boleh ikut Imam Junaid, boleh ikut Imam Ghazali, boleh ikut Imam Syadzili.
Anda mau jadi ahli fikih, tasawuf, atau malah jadi tukang suwuk, semuanya masih dalam bingkai syariah.
Luas sekali syariat Gusti Allah, malah sedikit yang kita ketahui darinya, Allah SWT mengingatkan kita وما اوتيتم من العلم الا قليلا, "kalian tidak diberi pengetahuan kecuali sangat sedikit saja".

 Karena begitu luasnya syariat Gusti Allah, kita selalu berdoa memohon Taufiq, Taufiq itu adalah kemampuan kita memadatkan banyak amalan dalam satu waktu kedalam diri kita.
Setiap detik setiap menit kita berkewajiban menegakan syariat yang sesuai dengan diri, situasi dan lingkungan kita.
الاحكام الشرعية متعلق بافعال المكلف
Hukum syariat itu mengikat individu.
Bukan mengikat benda bukan pula negara,jangan dibalik.
Masihkah kita punya muka dan punya waktu untuk berteriak dipinggir jalan "tegakan syariat", meneriaki orang lain dan meminta pancasila dirubah menjadi negara syariat?
Sudah berapa banyak "syariat Allah" yang kita tegakan dalam diri kita?