Muhammadiyah dan Cyber Troopnya

Oleh: Djati Erna Sahara
Sejak anak saya sekolah di Muhammadiyah, tiap hari dia ngeluh ke saya atas pengajaran penghinaan dan penyebaran kebencian dari para gurunya kepada Ahok, dan pak Jokowi.
Saya mau menteri pendidikan menertibkan para guru pengajar kebencian di sekolah Muhammadiyah Kramat dan menindak tegas sekolahan ini karena telah membuat anak-anak bingung.  Bisa jadi akan terbentuk menjadi pembenci.

Doktrin-doktrin intoleran telah disebarkan melalui pelajaran al-Islam dan saya sangat kecewa, menyesal anak saya kecemplung cari ilmu di situ.
Maksud saya mengirim dia sekolah di situ karena saya mau dia belajar agama Islam lebih dalam. Tapi nyatanya, malah intoleransi yamg dia dapat meski dia ketika mengadu ke saya penuh kegeraman terhadap gurunya.

"Mah... tadi aku dikasih liat video tentang pidato pak Jokowi, terus pak guru hina pak Jokowi, gilak dia mah.. Aku males ah ikut pelajaran dia lagi..
Bukan itu aja mah, dia juga jelek-jelekin Ahok terus tiap kali ngajar. Padahal pak Ahok kan udah dipenjara ya mah, kok dia gak puas juga...?"
Saya marah, dan mengambil nafas panjang,  "Tahun depan pindah di sekolah negeri aja ya sayang, nanti ngaji sama mamah. Mudah-mudahan mama gak terlalu sibuk tahun depan..."

"Tahun depan mama bukannya lagi sibuk kampanye Jokowi? Aku kan udah mulai nyoblos mah tahun depan. Aseek, pak Jokowi dapet suara tambahan...."

"Eh iyaa yaaa, duuh mama bingung sekarang. Intoleransi sudah menyebar ke mana-mana, itu bahaya buat anak anak remaja seperti kamu. Makanya mama mau kamu gak terpengaruh doktrin cuci otak, nanti mama usahain bisa ngajar kamu ya sayang..."

"Aamiin... iya mama sayang...."
Ternyata, apa yang dialami anakku memang ada kaitannya dengan upaya oknum-oknum tertentu untuk memecah-belah anak-anak bangsa. Cyber-cyber penyebar hoax dan kebencian sudah menyusup ke Muhammadiyah dan terang-terangan dibentuk untuk menciptakan intoleransi, dan ketidakpercayaan kepada pemerintah secara massive.
~miris~ (facebook/djati.erna.3)