Sidebar Ads

banner image

Ketika Abu Terusir Dari Desa

Seperti biasanya, setiap malam jum’at desa kami melakukan ritual keagamaan yang bernama mujahadah. Biasanya tempat penyelenggaraannya selalu berubah-ubah (rolling) tiap rumah. Jadi, setiap keluarga pasti kebagian jatah tempat untuk penyelenggaraan mujahadah. Dari dulu hingga sekarang, kami nyaman-nyaman saja, tidak ada yang merasa janggal dengan tradisi ini. Bahkan masyarakat merasa sangat perlu dengan adanya mujahadah ini supaya dapat ikutserta mendo’akan ruh para sesepuh atau keluarganya di alam kubur.

Kebetulan hari itu, desa kami kedatangan seorang dari luar kota dan hendak menyewa rumah di sebelah selatan masjid karena tidak berpenghuni. Akhirnya kami menyetujuinya, sebab memang penghuni rumah itu menitipka. rumahnya untuk dijual atau dijadikan tempat persewaan. Desa kami memang amat nyaman, sejuk dan dekat dengan bukit-bukit yang indah ditambah pemandangannya yang eksotis. Membuat beberapa wisatawan terpesona akan keindahan alam di desa kami.

Sehari setelah itu, kebetulan malam Jum’at. Kami mengadakan mujahadah di tempat yang sudah disediakan sesuai dengan musyawarah minggu kemarin. Sehingga, segala sesuatu yang sekiranya dibutuhkan ketika mujahadah sudah siap dan tersedia. Awalnya kami tenang-tenang saja. Akan tetapi ketika kami akan memulai mujahadah, ada seorang lelaki berpawakan besar dan tinggi, mengenakan jubah putih namun tidak menutupi mata kakinya, jenggotnya panjang, alisnya tebal. Dia mengacungkan jari telunjuknya ke atas sambil berucap "Allahu Akbar !!! Bubar kalian semua !!! ini Musyrik !! Bid’ah dzolalah!! Musyrik kalian semua !!! Jahannam !!!". Sontak, kami semua kaget mendengarnya. Sebelum ini, ketika kami melakukan tradisi mujahadah tenang-tenang saja. Tidak ada satupun masyarakat yang merasa terganggu. Setelah aku lihat lagi raut wajah orang itu, ternyata ia adalah seorang yang tadi mengontrak di rumah sebelah selatan Masjid desaku.

"Siapa kamu, beraninya berteriak-teriak di majelis mujahadah ini?" tanya seorang Bapak yang duduk di sebelahku.

Bapak yang usianya sudah mulai "sepuh" itu merangkak dan berdiri, menghadap ke arah seorang yang berteriak-teriak aneh tadi. Sebut saja orang aneh itu dengan nama Abu Ghosob. Yang konon katanya, dia lebih dari 5 tahun berada di Arab Saudi.

"Ini tradisi bid’ah dzolalah. Kafir kalian semua. Jahannam !!" kata Abu.

Kemudian sambil berlari ke arah si Abu, Bapak yang tadi duduk disampingku itu langsung menampar pipinya.

 "Jangan mentang-mentang kamu lulusan Arab jadi disini budayamu "Sok ngarab". Budaya Indonesia berbeda dengan budaya Arab! Kalau kamu tidak suka dengan budaya Indonesia, silahkan jangan pernah menginjakan kakimu di bumi Indonesia" bentak Bapak tersebut.

Satu jam lebih cek-cok kami mengenai hal ini terjadi. Berakhir dengan di Abu yang berlari (kabur) karena emosi sang Bapak tadi memuncak. Huh, untung saja tidak terjadi apa-apa, hanya sebatas cek-cok saja.

Setelah beberapa hari, emosi kami mulai mereda. Kami tidak pernah melihat Abu keluar dari rumah sewaannya. Setiap hari pintu rumahnya tertutup rapat, setiap ada agenda di masjid, Abu tidak pernah datang ataupun berpartisipasi.
Hingga pada suatu hari, kami mengadakan sebuah acara silaturahmi lintas Agama, si Abu keluar dari rumahnya. Kala itu acara diadakan di depan kantor Balai desa yang letaknya berdekatan dengan Masjid. Awalnya kami tenang, tidak ada yang di ributkan. Namun ketika ditengah acara, tiba-tiba si Abu datang dengan segerombol kawannya. Mereka berpakaian tertutup, berjubah panjang dan mengenakan penutup wajah sabil berteriak "Kafir kalian semua... Kafir !!! Allahu Akbar !!! Pergi, Bubarkan acara ini atau darah kalian halal kami bunuh !!! Bubarkan acara ini !!! Kafir !!".

Orang-orang tak dikenal itu kemudian merusak acara silaturahmi lintas agama yang di adakan oleh pemerintah desa. Tak lama setelah itu mobil Polisi datang. Satu persatu dari mereka tertangkap. Akan tetapi ada salah satu dari mereka yang berteriak kepada Polisi, "Woyy Thoghut !! antum Syetan !!". Bahkan orang itu melukai tangan Polisi dengan pisau yang ia bawa. "Dasar Polisi Thoghut!!".

Akhirnya, Polisi berhasil menangkap semua pelaku dan membawanya menuju sel tahanan untuk di proses lebih lanjut.
Beberapa hari setelah kejadian itu, masyarakat desa bersepakat untuk mengusir Abu Ghosob dari desa kami karena berpotensi buruk terhadap kedamaian desa kami. Abu menyetujuinya, kemudian ia bersiap-siap pergi dari desa kami. Hati kami lega, seakan tidak ada "Sampah" lagi di desa kami.
Berbulan-bulan setelah itu, desa kami damai tenteram tanpa ada konflik perseteruan antar kepercayaan termasuk antar agama Islam, perbedaan amaliyah dan lain sebagainya. Hingga saat ini, desa kami nyaman, damai dan tenteram.*

*Ini hanya sebuah cerita fiktif yang teinspirasi berita maraknya Islam garis keras di Indonesia yang kerapkali menyalahkan amaliyah golongan lain.
Ditulis oleh: Vinanda Febriani di Borobudur, 31 Agustus 2017
Ketika Abu Terusir Dari Desa Ketika Abu Terusir Dari Desa Reviewed by Erhaje88 Blog on September 01, 2017 Rating: 5

No comments:

Erhaje88 tidak bertanggung jawab atas isi komentar yang ditulis. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Stay Connected

Powered by Blogger.