Sidebar Ads

banner image

Noda Darah Hadiah Nobel Aung San Suu Kyi

Oleh: Musoffa Irfan (Semar)

Aung San Suu Kyi menjadi ikon dunia sebagai pejuang HAM dan demokrasi. Pada tahun 1991 ia mendapat hadiah Nobel pejuang perdamaian.
Namun saat masuk kekuasaan, Suu Kyi justru melestarikan rezim diktator para pendahulunya, satu hal yang sebelumnya ia kritik habis-habisan.
Puluhan tahun mendekam di dalam penjara, rupanya belum bisa memberikan pelajaran bagi perempuan berusia 70 tahun itu untuk lebih menghargai demokrasi dan HAM.
Di tengah lingkaran kekuasaan, ia malah menciptakan peran penuh kekuasaan untuk dirinya yang ia sebut Penasihat Negara (State Counsellor) untuk memenuhi ambisi agar tetap di atas presiden.

Aung San Suu Kyi, simbol perjuangan untuk demokrasi di Burma, yang diterima Selasa di Strasbourg Sakharov Prize oleh Parlemen Eropa diberikan kepadanya pada tahun 1990.




Aung San Suu Kyi, simbol perjuangan untuk demokrasi di Myanmar, yang diterima Selasa di Strasbourg Sakharov Prize oleh Parlemen Eropa diberikan kepadanya pada tahun 1990. | AFP

(Video: Gus Yaqut: Tragedi Kemanusiaan Muslim Rohingya Bukan Semata-mata Unsur Agama)

Ketika masih menjadi "manusia jalanan", Suu Kyi sangat egaliter dan akrab dengan para jurnalis. Begitu juga saat berada di balik jeruji rezim diktator Myanmar, ia sangat ringan untuk bertemu para wartawan.
Namun sekarang, pemimpin de facto Myanmar itu menjaga jarak, angkuh, dan sangat hati-hati memilih media internasional.
Suu Kyi pernah marah ketika terlibat perdebatan dengan seorang jurnalis muslim dalam acara BBC Today, Mishal Husein.
Husein minta pendapat Suu Kyi terkait muslim Myanmar. Mengapa Suu Kyi menolak mengecam sentimen anti-Islam dan pembantaian Muslim Myanmar?
Suu Kyi merupakan representasi dari sedikit peraih Nobel perdamaian. Wajar, jika sejumlah peraih Nobel, di antaranya eks Uskup Agung Afrika Selatan, Desmond Tutu dan Malala Yousef Zai mengkritik keras sikap Aung San Suu Kyi.

Baca artikel terkait:(Pernyataan Sikap GP Ansor Terkait Tragedi Kemanusiaan di Myanmar)
Sikap dan tindakan Suu Kyi jelas menodai Nobel perdamaian yang digenggamnya. Suu Kyi telah melumuri piala Nobel dengan lumuran darah, lalu melemparkannya ke dalam tong sampah.
Genocida terus berlangsung, dan Suu Kyi, ikon pejuang HAM dan demokrasi, dan peraih hadiah Nobel perdamaian itu, akan terus tutup mata, seraya membiarkan tangan besi para pendukungnya melakukan pembantaian dan menumpahkan darah umat muslim di Rakhine.
(facebook/musoffairfan)
Noda Darah Hadiah Nobel Aung San Suu Kyi Noda Darah Hadiah Nobel Aung San Suu Kyi Reviewed by Erhaje88 Blog on September 01, 2017 Rating: 5

No comments:

Erhaje88 tidak bertanggung jawab atas isi komentar yang ditulis. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Stay Connected

Powered by Blogger.