Bagaimana sikap seorang Muslim terhadap pemimpin terpilih, lebih-lebih yang tidak disukai?
1) Meyakini bahwa pemimpin tersebut terpilih semata-mata takdir Allah subhanahu wa ta’ala. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
ﻭَﻛَﺬﻟِﻚَ ﻧُﻮَﻟِّﻲْ ﺑَﻌْﺾَ ﺍﻟﻈَّﺎﻟِﻤِﻴْﻦَ ﺑَﻌْﻀًﺎ ﺑِﻤَﺎ ﻛَﺎﻧُﻮْﺍ ﻳَﻜْﺴِﺒُﻮْﻥَ . ( ﺍﻷﻧﻌﺎﻡ : 129 ).
“Demikianlah kami jadikan sebagian orang-orang yang zalim itu menjadi pemimpin bagi sebagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan”. (QS. al-An’am : 129).
Dalam menafsirkan ayat di atas, al-Imam Fakhruddin al-Razi berkata:
ﺍَﻟْﻤَﺴْﺄَﻟَﺔُ ﺍﻟﺜَّﺎﻧِﻴَﺔُ : ﺍْﻵﻳَﺔُ ﺗَﺪُﻝُّ ﻋَﻠﻰَ ﺃَﻥَّ ﺍﻟﺮَّﻋِﻴَّﺔَ ﻣَﺘَﻰ ﻛَﺎﻧُﻮْﺍ ﻇَﺎﻟِﻤِﻴْﻦَ، ﻓَﺎﻟﻠﻪُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ﻳُﺴَﻠِّﻂُ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ ﻇَﺎﻟِﻤﺎً ﻣِﺜْﻠَﻬُﻢْ، ﻓَﺈِﻥْ ﺃَﺭَﺍﺩُﻭْﺍ ﺃَﻥْ ﻳَﺘَﺨَﻠَّﺼُﻮْﺍ ﻣِﻦْ ﺫَﻟِﻚَ ﺍْﻷَﻣِﻴْﺮِ ﺍﻟﻈَّﺎﻟِﻢِ ﻓَﻠْﻴَﺘْﺮُﻛُﻮْﺍ ﺍﻟﻈُّﻠْﻢَ . ﻭَﻋَﻦْ ﻣَﺎﻟِﻚِ ﺑْﻦِ ﺩِﻳْﻨَﺎﺭٍ : ﺟَﺎﺀَ ﻓِﻲْ ﺑَﻌْﺾِ ﻛُﺘُﺐِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ : ﺃَﻧَﺎ ﺍﻟﻠﻪُ ﻣَﺎﻟِﻚُ ﺍﻟْﻤُﻠُﻮْﻙِ، ﻗُﻠُﻮْﺏُ ﺍﻟْﻤُﻠُﻮْﻙِ ﻭَﻧَﻮَﺍﺻِﻴْﻬَﺎ ﺑِﻴَﺪِﻱْ، ﻓَﻤَﻦْ ﺃَﻃَﺎﻋَﻨِﻲْ ﺟَﻌَﻠْﺘُﻬُﻢْ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺭَﺣْﻤَﺔً، ﻭَﻣَﻦْ ﻋَﺼَﺎﻧِﻲْ ﺟَﻌَﻠْﺘُﻬُﻢْ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻧِﻘْﻤَﺔً، ﻻَ ﺗَﺸْﻐَﻠُﻮْﺍ ﺃَﻧْﻔُﺴَﻜُﻢْ ﺑِﺴَﺐِّ ﺍﻟْﻤُﻠُﻮْﻙِ، ﻟَﻜِﻦْ ﺗُﻮْﺑُﻮْﺍ ﺇِﻟَﻲَّ ﺃُﻋَﻄِّﻔُﻬُﻢْ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ .
“Masalah kedua, ayat di atas menunjukkan bahwa apabila rakyat melakukan kezaliman, maka Allah akan mengangkat seorang yang zalim seperti mereka sebagai penguasa. Sehingga apabila mereka ingin melepaskan diri dari pemimpin yang zalim tersebut, hendaknya mereka meninggalkan perbuatan zalim.
Diriwayatkan dari Malik bin Dinar: “Dalam sebagian kitab-kitab Allah subhanahu wa ta’ala, Allah berfirman:
“Akulah Allah, Penguasa raja-raja di dunia. Hati dan ubun-ubun mereka berada dalam kekuasaan-Ku. Barangsiapa yang taat kepada-Ku, aku jadikan raja-raja itu sebagai rahmat baginya.
Dan barangsiapa yang durhaka kepada-Ku, aku jadikan raja-raja itu sebagai azab atas mereka. Janganlah kalian menyibukkan diri dengan memaki-maki para penguasa karena kezaliman mereka. Akan tetapi, bertaubatlah kalian kepada-Ku, maka akan Aku jadikan mereka mengasihi kalian.”
(Al-Imam Fakhruddin al-Razi, al-Tafsir al-Kabir wa Mafatih al-Ghaib, juz 13, [Beirut: Dar al-Kutub al-’Ilmiyah, 2000], hlm. 159.
Pernyataan serupa juga dikemukakan oleh Ibnu Abil-‘Izz al-Hanafi dalam Syarh al-‘Aqidah al-Thahawiyyah, [MAAF LUPA HALAMANNYA, TOLONG YANG INGAT, DIINFORMASIKAN!).
2) Tidak menghina pemimpin tersebut. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
ﻣَﻦْ ﺃَﻫَﺎﻥَ ﺍﻟﺴُّﻠْﻄَﺎﻥَ ﺃَﻫَﺎﻧَﻪُ ﺍﻟﻠﻪُ . ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ ﻭﻗﺎﻝ : ﺣﺪﻳﺚ ﺣﺴﻦ
“Barangsiapa yang menghina seorang penguasa, maka Allah akan menghinakannya.” (HR al-Tirmidzi [2224], dan berkata: “Hadits hasan”).
Hadits ini memberikan pesan:
a) Larangan menghina atau menghujat seorang pemimpin.
b) Maksud pemimpin dalam hadits tersebut, adalah setiap orang yang memiliki kekuasaan dan tanggungjawab terhadap kaum Muslimin seperti khalifah, presiden, amir, gubernur, bupati dan seterusnya.
c) Allah akan menghinakan orang yang menghina pemimpin di dunia, karena telah berusaha menghina seseorang yang diberi kemuliaan oleh Allah.
d) Allah akan menghina orang yang menghina seorang pemimpin di akhirat kelak karena telah durhaka kepada Allah. (Al-Imam Ibnu ‘Illan al-Shiddiqi, Dalil al-Falihin li-Thuruq Riyadh al-Shalihin, 3/124).
Wallahu a'lam
(fanpage facebook: Hizbul Wathon Minal Iman)
1) Meyakini bahwa pemimpin tersebut terpilih semata-mata takdir Allah subhanahu wa ta’ala. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
ﻭَﻛَﺬﻟِﻚَ ﻧُﻮَﻟِّﻲْ ﺑَﻌْﺾَ ﺍﻟﻈَّﺎﻟِﻤِﻴْﻦَ ﺑَﻌْﻀًﺎ ﺑِﻤَﺎ ﻛَﺎﻧُﻮْﺍ ﻳَﻜْﺴِﺒُﻮْﻥَ . ( ﺍﻷﻧﻌﺎﻡ : 129 ).
“Demikianlah kami jadikan sebagian orang-orang yang zalim itu menjadi pemimpin bagi sebagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan”. (QS. al-An’am : 129).
Dalam menafsirkan ayat di atas, al-Imam Fakhruddin al-Razi berkata:
ﺍَﻟْﻤَﺴْﺄَﻟَﺔُ ﺍﻟﺜَّﺎﻧِﻴَﺔُ : ﺍْﻵﻳَﺔُ ﺗَﺪُﻝُّ ﻋَﻠﻰَ ﺃَﻥَّ ﺍﻟﺮَّﻋِﻴَّﺔَ ﻣَﺘَﻰ ﻛَﺎﻧُﻮْﺍ ﻇَﺎﻟِﻤِﻴْﻦَ، ﻓَﺎﻟﻠﻪُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ ﻳُﺴَﻠِّﻂُ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ ﻇَﺎﻟِﻤﺎً ﻣِﺜْﻠَﻬُﻢْ، ﻓَﺈِﻥْ ﺃَﺭَﺍﺩُﻭْﺍ ﺃَﻥْ ﻳَﺘَﺨَﻠَّﺼُﻮْﺍ ﻣِﻦْ ﺫَﻟِﻚَ ﺍْﻷَﻣِﻴْﺮِ ﺍﻟﻈَّﺎﻟِﻢِ ﻓَﻠْﻴَﺘْﺮُﻛُﻮْﺍ ﺍﻟﻈُّﻠْﻢَ . ﻭَﻋَﻦْ ﻣَﺎﻟِﻚِ ﺑْﻦِ ﺩِﻳْﻨَﺎﺭٍ : ﺟَﺎﺀَ ﻓِﻲْ ﺑَﻌْﺾِ ﻛُﺘُﺐِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ : ﺃَﻧَﺎ ﺍﻟﻠﻪُ ﻣَﺎﻟِﻚُ ﺍﻟْﻤُﻠُﻮْﻙِ، ﻗُﻠُﻮْﺏُ ﺍﻟْﻤُﻠُﻮْﻙِ ﻭَﻧَﻮَﺍﺻِﻴْﻬَﺎ ﺑِﻴَﺪِﻱْ، ﻓَﻤَﻦْ ﺃَﻃَﺎﻋَﻨِﻲْ ﺟَﻌَﻠْﺘُﻬُﻢْ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺭَﺣْﻤَﺔً، ﻭَﻣَﻦْ ﻋَﺼَﺎﻧِﻲْ ﺟَﻌَﻠْﺘُﻬُﻢْ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻧِﻘْﻤَﺔً، ﻻَ ﺗَﺸْﻐَﻠُﻮْﺍ ﺃَﻧْﻔُﺴَﻜُﻢْ ﺑِﺴَﺐِّ ﺍﻟْﻤُﻠُﻮْﻙِ، ﻟَﻜِﻦْ ﺗُﻮْﺑُﻮْﺍ ﺇِﻟَﻲَّ ﺃُﻋَﻄِّﻔُﻬُﻢْ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ .
“Masalah kedua, ayat di atas menunjukkan bahwa apabila rakyat melakukan kezaliman, maka Allah akan mengangkat seorang yang zalim seperti mereka sebagai penguasa. Sehingga apabila mereka ingin melepaskan diri dari pemimpin yang zalim tersebut, hendaknya mereka meninggalkan perbuatan zalim.
Diriwayatkan dari Malik bin Dinar: “Dalam sebagian kitab-kitab Allah subhanahu wa ta’ala, Allah berfirman:
“Akulah Allah, Penguasa raja-raja di dunia. Hati dan ubun-ubun mereka berada dalam kekuasaan-Ku. Barangsiapa yang taat kepada-Ku, aku jadikan raja-raja itu sebagai rahmat baginya.
Dan barangsiapa yang durhaka kepada-Ku, aku jadikan raja-raja itu sebagai azab atas mereka. Janganlah kalian menyibukkan diri dengan memaki-maki para penguasa karena kezaliman mereka. Akan tetapi, bertaubatlah kalian kepada-Ku, maka akan Aku jadikan mereka mengasihi kalian.”
(Al-Imam Fakhruddin al-Razi, al-Tafsir al-Kabir wa Mafatih al-Ghaib, juz 13, [Beirut: Dar al-Kutub al-’Ilmiyah, 2000], hlm. 159.
Pernyataan serupa juga dikemukakan oleh Ibnu Abil-‘Izz al-Hanafi dalam Syarh al-‘Aqidah al-Thahawiyyah, [MAAF LUPA HALAMANNYA, TOLONG YANG INGAT, DIINFORMASIKAN!).
2) Tidak menghina pemimpin tersebut. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
ﻣَﻦْ ﺃَﻫَﺎﻥَ ﺍﻟﺴُّﻠْﻄَﺎﻥَ ﺃَﻫَﺎﻧَﻪُ ﺍﻟﻠﻪُ . ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ ﻭﻗﺎﻝ : ﺣﺪﻳﺚ ﺣﺴﻦ
“Barangsiapa yang menghina seorang penguasa, maka Allah akan menghinakannya.” (HR al-Tirmidzi [2224], dan berkata: “Hadits hasan”).
Hadits ini memberikan pesan:
a) Larangan menghina atau menghujat seorang pemimpin.
b) Maksud pemimpin dalam hadits tersebut, adalah setiap orang yang memiliki kekuasaan dan tanggungjawab terhadap kaum Muslimin seperti khalifah, presiden, amir, gubernur, bupati dan seterusnya.
c) Allah akan menghinakan orang yang menghina pemimpin di dunia, karena telah berusaha menghina seseorang yang diberi kemuliaan oleh Allah.
d) Allah akan menghina orang yang menghina seorang pemimpin di akhirat kelak karena telah durhaka kepada Allah. (Al-Imam Ibnu ‘Illan al-Shiddiqi, Dalil al-Falihin li-Thuruq Riyadh al-Shalihin, 3/124).
Wallahu a'lam
(fanpage facebook: Hizbul Wathon Minal Iman)
Sikap Muslim Terhadap Pemimpin Terpilih
Reviewed by Erhaje88 Blog
on
September 20, 2017
Rating:
No comments:
Erhaje88 tidak bertanggung jawab atas isi komentar yang ditulis. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE