Sidebar Ads

banner image

Tragedi Muslim Rohingya Murni Perebutan Kekuasaan dan Sumber Daya Alam?

Oleh: Musoffa Irfan (Semar)

Perebutan Kekuasaan dan Sumber Daya Alam
Banyak analisis yang menyebut, bahwa persoalan Rohingya hanya semata-mata soal perebutan sumber daya ekonomi. Skenarionya, Rakhine akan dijadikan seperti Suriah jilid II.

Hipotesis itu muncul, karena di Rakhine, ternyata terdapat kandungan minyak sebesar 3,2 juta barel, dan kandungan ekonomi alam lainnya. Lalu juga disinyalir adanya campur tangan China di satu pihak, dan Amerika Serikat di pihak lain. Dugaan tersebut kian memperkuat hipotesis diatas.
Kesimpulannya, masalah Rohingya sama sekali tidak berkaitan dengan pertentangan soal ras dan etnis, apalagi sentimen anti Islam.
(Gus Yaqut: Tragedi Kemanusiaan Muslim Rohingya Bukan Semata-mata Agama)

Bagi saya, pendapat seperti itu tidak sepenuhnya benar. Pertanyaan saya, seandainya wilayah Rakhine dihuni oleh penduduk asli Myanmar, apakah juga akan terjadi "pembersihan" seperti itu?
Perebutan sumber ekonomi hanya mungkin terjadi pada dua kekuatan yang setidak-tidaknya sebanding. Rohingya bukanlah Muslim Mindanau di Filipina, ISIS di Syuriah, suku Kurdi di Irak, atau suku Kashmir di India, di mana semuanya memiliki kekuatan politik dan senjata yang lengkap.
Karena itulah, sumber ekonomi hanyalah satu hal. Sedangkan sentimen anti rasialisme dan agama adalah hal lain yang sulit untuk dikesampingkan. Harga yang harus dibayar oleh Muslim Rahingya adalah, direstuinya gerakan genosida oleh negara melalui kekuatan militer.

(Pernyataan Sikap GP Ansor Terkait Tragedi Kemanusiaan di Myanmar)

  Genosida Rohingya
Sepanjang kita bicara genocida, kita tidak bisa mengabaikan peran negara. Pembantaian selalu disponsori oleh negara, dan akan selalu ada cetak biru atau pola pembantaian secara sistematis.
Genocida yang menimpa rakyat Rohingya, merupakan sebuah proyek pembasmian besar-besaran yang dilakukan secara sistematis. Dan sebuah proyek pasti mengandung tujuan, cara, dan tanggung jawab.
(KH Said Aqil Siradj: Percuma Itu Nobel Jika Membiarkan Aksi Kejahatan (di Myanmar))
Sepanjang sejarah, kita mengenal sejumlah pola pembasmian secara genosida, seperti holocoust di Jerman, pembantaian suku Indian di Amerika serikat, juga diskriminasi rasial suku Aborigin di Australia.

Sejak semula, keberadaan suku Rohingya memang tidak pernah diakui sebagai ras asli Myanmar. Sebagai kaum pendatang, mereka tidak pernah mendapatkan hak layaknya warga asli Myanmar lainnya, meski meteka telah menetap puluhan tahun lamanya.

Jika faktanya memang begitu, dapatkah genocida yang tengah menimpa rakyat Rohingya hanya semata persoalan sumber daya ekonomi, dan tidak terkait dengan sentimen anti rasialisme dan agama? Andaikan penduduk Rakhine adalah orang asli Myanmar, dan pemerintahannya penduduk asli Myanmar, pembantaian itu mungkin tidak akan terjadi, meski ada sumber gas dan sumber alam lainnya.

Status Muslim Rohingya
Muslim Rohingya adalah sekelompok manusia yang tidak memiliki tempat berpijak di bumi, dan tak pula memiliki langit sebagai atap berteduh. Rohingnya nyaris tak memiliki kisah, goresan sejarah, apalagi masa depan.
Lalu bangsa-bangsa di dunia, bangsa Arab yang Muslim, bangsa Eropa yang Kristen, atau daratan India yang Hindu. Semua makhluk beragama, bertuhan, dan mengklaim sebagai bangsa-bangsa yang memiliki peradaban.
Pantaskah mereka kita sebut sebagai bangsa-bangsa yang bertuhan?
(facebook/musoffairfan)

Tonton video berikut ini:

oleh erhaje88
Tragedi Muslim Rohingya Murni Perebutan Kekuasaan dan Sumber Daya Alam? Tragedi Muslim Rohingya Murni Perebutan Kekuasaan dan Sumber Daya Alam? Reviewed by Erhaje88 Blog on September 03, 2017 Rating: 5

No comments:

Erhaje88 tidak bertanggung jawab atas isi komentar yang ditulis. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Stay Connected

Powered by Blogger.