Akhirnya Amien Rais 'Tunduk' Pada Kafir

Oleh: Arie Wibowo

Seorang kafir tulen bernama Jopinus Ramli Saragih (JR Saragih), Bupati Simalungun, akhirnya berhasil membungkam mulut Amin Rais yang selalu berkoar koar bahwa seorang kafir tak boleh menjadi pemimpin. Buktinya anaknya Amin yaitu Mumtaz Rais konon akan segera dideklarasikan jadi cawagubnya JR Saragih (Kristen) di Pilkada Sumut 2018.

(Foto: Facebook/Ari Eibowo) Yang jadi cagubnya JR Saragih, yang jadi cawagubnya Mumtaz Rais. Secara hirarki pasti kita tahu bahwa wagub tempatnya adalah dibawah gubernurnya. Jadi si kafir akan memimpin Sumut sekaligus menjadi atasannya anak Amin Rais.

Maaf saya sengaja memilih judul diatas sekedar menarik perhatian. Bukan bermaksud SARA dan memecah belah, cuma untuk mengingatkan kebodohan kita semua yang mudah diperalat oleh elite elite politik dengan jargon jargon agama, padahal tujuan semua politikus adalah kekuasaan. Jargon agama hanya sekedar "cara" meraih tujuan. Kita saja yang bodoh mau dibohongi oleh mereka. Lihat tuh, anaknya orang yang paling kenceng teriak kopar kapir, kini malah mendukung seorang kafir jadi pemimpin.

Saya memang kafir, tapi tak bermaksud mendukung sesama kafir yang bernama JR Saragih itu. Pasangan JR Saragih & Mumtaz Rais mau menang atau kalah, kagak gue pikirin. Idola gue tetap Nella Kharisma dan Via Vallen. Lebih hot dan kinyis kinyis.

Saya ini Kristen liberal, yang tidak berpikir bahwa cuma orang Kristen yang percaya Yesus Kristus yang bisa masuk surga. Orang non Kristen seperti Sidharta Gautama, Gus Dur, dll saya juga yakin bisa masuk surga. Masuk surga bukan berdasar agama, tapi berdasarkan perbuatan dan ibadah kalian selama hidup di dunia. Itu yang saya yakini. Namanya juga liberal, jadi anda dilarang komplain.

Saya malah ketawa jika ada yang percaya bahwa dengan ngebom dan membunuh manusia lain bisa masuk sorga. Mana mungkin Tuhan menyediakan tiket surga dengan cara membunuh sesama mahluk ciptaannya.

Sudahlah, ayo kita sama sama melek secara politik, lebih cerdas menggunakan nalar dan logika kita, untuk bisa dewasa dalam berpolitik. Jangan mau lagi dibohongi para kunyuk kunyuk politik diatas sana. Kita berantem dengan teman di grup WA, saling blokir akun sosmed demi dukung mendukung, nyatanya mereka diatas sana tak ada yang konsisten dengan jargonnya. Semua bisa berubah sesuai peta politik.

Mari kita pilih pemimpin yang punya integritas bagus dan bisa kerja. Bukan yang cuma pinter propaganda dan retorika, tapi saat kerja tak ada prestasinya. Agama jangan dipakai untuk berpolitik, karena resikonya sangat besar.