Sidebar Ads

banner image

Para Laron Yang Terperdaya (Kiprah Neo Khawarij di Indonesia)

Oleh: Semar

Cahaya lampu itu terlihat sangat indah. Sangat mempesona. Ia lentera yang memberi terang. Seolah ada impian dan harapan. Selintas, seperti ada surga yang dijanjikan.
Seekor laron mengamati dan terbang memutar dari jarak yang tidak terlalu jauh. Ia ceritakan pengalaman indah itu ke yang lain. Semua terbelalak takjub, dan serentak mendakwahkan ke yang lain, "Saudaraku.. ikutlah dengan kami. Hijrahlah dari sarang-sarangmu yang gelap, dan terbanglah menuju cahaya terang itu..!"

Foto Semar.
(Gambar: Hewan Laron berterbangan dibawah cahaya lampu/Facebook, Semar)


Maka, para laron pun terpikat. Tanpa berpikir jernih, mereka berduyun-duyun menuju pusat cahaya. Sambil mengutuk tanah air tempat mereka dilahirkan sebagai episode kegelapan, para laron mengira, bahwa cahaya yang menyilaukan itu adalah takdir masa depannya. Mereka begitu bergairah dan antusias.

Sungguh kasihan. Laron-laron yang bodoh itu pun tak sadar telah tertipu. Cahaya yang gemerlap itu menyimpan bara panas yang menghancurkan. Mereka terbakar. Mereka terkapar. Sayap-sayapnya yang tipis dan indah itu pun robek dan tercerabut. Semua terkulai. Terpelanting ke tanah. Lalu mati.

Saat ini, betapa banyak kita saksikan laron-laron dalam realitas kehidupan kita. Ribuan, bahkan jutaan umat telah menjadi laron. Hizbut Tahrir datang dengan menawarkan lentera. Siapa yang tidak terpana dengan janji-janji surga? Siapa yang tidak tertarik dengan kalimat-kalimat Allah yang suci dan sakral?

Tapi ingatlah..! Sejarah bukanlah sekedar lukisan masa lalu. Namun sejarah adalah cermin kehidupan yang akan terulang di masa depan.

Pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib, kaum Khawarij hadir dengan membawa cahaya itu. Mereka mengangkat tinggi-tinggi mushaf al-Qur an, lalu berteriak lantang, "La Hukma Illallah..!" (Tiada hukum selain hukum Allah..!). Ribuan umat terkecoh. Mereka membelot dari pasukan Ali, lalu pergi bergabung ke barisan Khawarij.

Seolah datang sebagai pembawa tafsir kebenaran atas nama Tuhan, kaum Khawarij menuduh Ali telah kafir. Rezim Ali adalah rezim thoghut. Mereka pun menghalalkan darah Ali. Dan di tangan ekstremis Abdurrahman Ibnu Muljam, Ali, sahabat terkasih Nabi  SAW itu pun rebah sebagai syahid saat sedang menunaikan sholat subuh di masjid.

Ibnu Muljam pun dihukum mati di atas tiang gantungan. Sungguh tragis, Ibnu Muljam, seorang hafidz Al-Quran, berilmu tinggi, dan taat dalam beribadah, namun lantaran ketololannya, akhirnya mati dalam keadaan su'ul khatimah. Dia menjumpai ajal dengan tetap berpegang pada paham keagamaan yang sesat. Na'udzu billah min bzalik.

Persis serupa dengan yang terjadi pada ribuan tahun lalu, Hizbut Tahrir muncul. Di negara - negara Timur Tengah, ia tertolak dan terlarang. Mengapa mereka terlarang di negera negara yang mayotitas muslim? Mengapa jutaan ulama menolak gagasan khilafah yang mereka propaganda kan? Apakah seluruh negara Muslim tersebut salah dan Hizbut Tahrir yang benar? Apakah jutaan ulama yang menolak tersebut telah tersesat dan Hizbut Tahrir yang berada di atas jalan kebenaran? Apakah jutaan ulama tersebut adalah kafir dan thoghut, sedangkan Hizbut Tahrir yang paling berada di jalan Islam?

Kemudian Hizbut Tahrir menapakkan kaki ke bumi nusantara dengan nama HTI. Mereka mengangkat Panji agama. Tak tangung - tanggung, mereka klaim Panji Rasulullah. Sama persis dengan ISIS yang mengibarkan bendera berlabel stempel Rasulullah, ISIS pun bercita-cita mendirikan khilafah atas nama Islam.

Dengan janji - janji manis, atas nama jihad, demi membela kalimat Allah, banyak umat yang terpelanting ke limbah kenistaan. Mereka tak menyadari telah terperangkap dalam jaring - jaring kesesatan. Ribuan generasi muda muslim dari berbagai belahan dunia datang dan bergabung dengan ISIS. Mereka siap untuk mati dan menjadi martir.

Tapi apa yang terjadi? ISIS tak lain adalah Iblis berjubah agama. Mereka menjual ayat-ayat Allah untuk memenuhi ambisi politik semata. Atas nama agama, mereka merasa berhak untuk bertindak apa saja..!

Hal yang sama dulu juga dilakukan Khawarij, yang gemar berdalih dengan ayat-ayat Allah. Tapi Ali menjawab, "Sungguh, itu adalah kalimat yang haq (benar), namun dimaksudkan untuk sesuatu yang bathil".

Sekarang lihat kiprah HTI. Persis sama yang dipropagandakan oleh Khawarij dan ISIS, HTI hadir menawarkan ide khilafah. Mengangkat mushaf al-Quran. Lalu mereka berteriak, "Tiada hukum selain hukum Allah..!" Mereka terus berdakwah. Tapi dalam dakwah itu, ia tebarkan propaganda dan agitasi.
Para neo-khawarij itu menolak gagasan nasionalisme, sistem negara-bangsa, dan menganggap Pancasila dan demokrasi sebagai sistem kafir, rezim thoghut.

Kaum HTI seolah tidak mau tahu, bahwa Pancasila adalah hasil ijtihad para ulama. Mengapa harus Pancasila?
Sejak masa awal kemerdekaan, para ulama dan tokoh bangsa telah berijtihad, mencurahkan seluruh akal dan pikiran, bagaimana agar negeri yang baru merdeka itu tidak terpecah-belah. Para pejuang bangsa itu terus berpikir dan bekerja keras, bagaimana agar bangsa yang heterogen dan plural itu tetap bersatu dalam perbedaan, dan harmonis dalam kebhinnekaan.
Kemudian disepakatilah Pancasila.

Dilihat dari perspektif ijtihad Imam Al-Mawardi Pancasila dapat disetarakan sebagai Dar ash-Shulhi (negara damai) yang wajib dibela dan dijaga. Ia bukan Dar al-Islam (negara Islam), dan juga bukan Dar al-harbi (negara perang).

Jika khilafah diterapkan, maka nama Indonesia mungkin akan terhapus dari peta dunia. Indonesia akan terkoyak dalam irisan-irisan kecil negara. Boleh jadi, akan berdiri Republik Bali, Republik Papua, Republik Sulawesi, dan seterusnya.

Para ulama pun berpegang pada kaidah fiqh, "La yudraku kulluhu la yutraku ba'dzuhu" (Sesuatu yang tidak bisa diraih seluruhnya, jangan ditinggalkan yg sebagiannya).

Ketika dar al-Islam sulit dicapai karena heterogenitas masyakat, maka dar ash-shulkhi adalah solusi yang harus dipilih. Dan Pancasila adalah manifestasi dari dar ash-shulkhi tersebut.

Apakah organisasi seperti Khawarij, ISIS, HTI, mau menyadari soal itu? Tidak..! Karena mereka berpikir dengan menggunakan kacamata kuda.
Kaum Neo Khawarij itu akan selamanya ada dan tetap hidup. Sayidina Ali telah memberikan sinyal dan warning soal itu.

Suatu ketika, Sayidina Ali mendapat laporan dari pasukannya bahwa kaum Khawarij sudah berhasil ditumpas. Maka Ali pun menjawab, "Tidak..! Demi Allah, mereka maaih hidup dalam sulbi-sulbi kaum pria dan rahim-rahim kaum wanita. Namun, setiap kali muncul seorang pemimpin di antara mereka, ia akan terpotong, sehingga mereka akhirnya hanya tinggal sebagai gerombolan para penyamun..!"
Para Laron Yang Terperdaya (Kiprah Neo Khawarij di Indonesia) Para Laron Yang Terperdaya (Kiprah Neo Khawarij di Indonesia) Reviewed by Erhaje88 Blog on November 16, 2017 Rating: 5

No comments:

Erhaje88 tidak bertanggung jawab atas isi komentar yang ditulis. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Stay Connected

Powered by Blogger.