Saat Presiden Jokowi Serba Salah Di Mata Fadli Zon Dan Rocky Gerung

Setiap pemimpin punya gaya sendiri untuk dekat dengan rakyat. Bila Pak Harto dulu “temu wicara” dengan petani, Presiden Jokowi suka bagi-bagi sepeda setiap ke daerah. Tapi itu disalahkan juga. Fadli Zon bilang seperti Pak RT, Rocky Gerung bilang “mengkultuskan kesederhanaan”. Tapi maklum sajalah, filosuf itu memang begitu, yang gampang dibuat susah.


(karikatur/poskota)

Jaman Orde Baru, Pak Harto sering sekali mengadakan “temu wicara” dengan petani, langsung disiarkan TVRI secara nasional. Jokowi beda lagi. Setiap kunjungan ke daerah suka bagi-bagi sepeda pada rakyat, setelah melewati kuiz sederhana. Maka jika Presiden Jokowi ke daerah, pasti ada mobil boks bawa sejumlah sepeda. Itu untuk jaga-jaga bila Presiden mau buka kuis.

Dengan cara demikian Jokowi menjadi lebih dekat dengan rakyatnya. Tapi rakyat kadang ada juga yang “ngelunjak” dikasih sepeda mintanya laptop. Bahkan di Sumbar belum lama ini, dengan bisik-bisik ada warga minta dikasih rumah saja. Memangnya rumah itu dapat Rp 1-2 juta.

Anehnya, pendekatan presiden dengan cara yang murah meriah itupun dinyinyiri politisi Senayan sekaligus “penyair” Fadli Zon. Dia bingung, seorang presiden kadang tampil seperti gubernur, bupati, bahkan Pak RT. “Seorang presiden tak perlu bagi-bagi sepeda seperti itu,” kata Wakil Ketua DPR tersebut.

Penilaian Rocky Gerung dosen Filsafat UI. Katanya, bagi-bagi sepeda itu bagus, bentuk sebuah kesederhanaan. Tapi jika pamer kesederhanaan itu diulang-ulang, pengkultusan jadinya. Bahkan Presiden yang melarang rakyat baca buku “Jokowi undercover” karena tak ilmiah, dinilainya itu hoax seorang presiden. Katanya, yang menentukan ilmiah atau tidak, itu akademisi bukan presiden.

Jika seorang “filosuf” bicara seperti itu dimaklumi saja. Sebab ilmu filsafat itu sendiri memang suka menjadikan hal yang gampang dijadikan susah. Almarhum Damarjadi Supadjar dari UGM pernah mengkritisi ungkapan Jawa “tunggak jati mati”. Kata “mati” bukan berati meninggal, tapi asal kata pati (senapati). Bikin bingung kan?

Perilaku sederhana itu baik, tapi jika menjadi terlalu sering, akan terjadi pengkultusan kesederhanaan. Membingungkan dan susah dicerna, kan? – (gunarso ts/poskotanews.com)