Aneh Tapi Nyata, Tidak Tahu Artinya Tapi Ribut Soal Sunan

Akhir akhir ini sekelompok orang santer membully Ansor (Banom NU).

(Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor, H. Yaqut Cholil Qoumas)

Bahkan seolah-olah ini adalah momen yang tepat bagi mereka untuk menjatuhkan citra GP Ansor terkait ketua Umum GP Ansor dalam candaanya yang menyebut Ahok sebagai Sunan Kalijodo.

 Dikalangan pesantren dan santri NU, candaan itu hal biasa selama tidak merugikan. Bagi orang-orang yang berpikir dangkal dan sempitnya ilmu, Ansor dianggap telah mencampur adukkan Islam dengan agama lain karena menyematkan gelar " SUNAN "pada non muslim.

"Sabar saja ya Gus Yaqut cholil. Maklumi saja, sebab yang membully sampean tidak pernah nyantri di pesantren salafiyyah. kalaupun ngaji, paling santri kilat itupun bedah buku sama tejemaah Alqur'an. Mereka memang begitu mudah mefitnah, cepat marah, gampang menafsirkan, cepat terhasut, tua sebelum unurnya sebab jenggotnya didahulkan.. 😅 Mudah mudahan mereka  segera sadar".

Mereka juga tidak pernah mengakui istilah pribumi pada ketokohan seseorang, contoh sebutan kiai, ajengan, tengku, sunan, Dll.
 Palingan kata mereka bid'ah, tak ada dalam qur'an dan hadits. Mereka juga sering mengatakan bahwa sunan itu tidak ada.
 Eh, giliran kata kata sunan di tujukan untuk Ahok reaksinya full banget. Seolah olah mereka tahu dan mengakui keberadaan sunan yang selama ini mereka anggap tidak ada.

Saat KH Maruf amin bersitegang dengan Ahok, wuih, mereka langsung menganggap ulama yang di tuakan yang harus dibela. Lah, giliran KH Maruf amin menyerukan untuk tidak menggelar aksi, tidak ada tuh yang mematuhi seruan beliau. Lucu kan mereka?

 Sekedar berbagi saja, ada yang berpendapat  Kata Sunan berasal dari bahasa Jawa Susuhunan, yang terhormat. Dikeraton Surakarta, gamelan gamelan banyak dinamakan kiai. Bahkan ada kiai yang tidak bisa baca, tidak bisa nulis, tidak bisa berbicara. Namanya kiai Selame.

 

Kerbau bule-Kiai Selamet milik Keraton Surakarta

 Sedangkan Sunan menurut versi Sunda adalah sungsuhunan, atap paling tinggi pada bangunan seperti rumah atau bangunan lainnya.

 Maka adalah wajar jika Gus yaqut yang notabene ketua umum GP Ansor menyebut Ahok sunan. Karena  kedudukan Ahok tinggi di DKI, sebagai Gubernur.

 Disini pentingnya mencintai budaya lokal. Jangan hanya tahunya cuma ukhti, akhi, ana, antum, gamis dan celana cingkrang.

(Salam santun, dari Aang Muhtadin)
Baca juga: Antara NU dan Ahok