Sidebar Ads

banner image

Kenapa Kaum Muslim Mudah Diobok-Obok?

"Mereka tidak peduli masalah 'konflik keagamaan', Yang mereka pikirkan adalah keamanan bisnis-ekonomi. Ideologi dan tetek-bengek lainnya hanyalah jalan belaka"



Oleh: Sumanto Al Qurtuby

Sudah lama saya memikirkan tentang ini: kenapa ya umat Islam itu kok mudah sekali bertikai, saling hujat, saling maki, saling memusuhi, saling berperang, dan bahkan saling bunuh antar-sesama umat Islam hanya karena berbeda faksi politik, mazhab teologi, aliran keislaman, afiliasi keagamaan, atau bahkan cara pandang atas masalah sosial-keagamaan?

Fenomena saling seteru antar-umat Islam ini bukan hal baru. Itu sudah terjadi sejak 14 abad silam bahkan tidak lama setelah Nabi Muhammad saw wafat. Apakah watak "tribalisme Arab" itu kemudian menjalar ke hati-sanubari umat Islam? Ataukah karena manusia itu pada dasarnya memang hobi berkonflik.
Yang lebih mengenaskan adalah mereka rela "berauliya" atau berkongkalikong dengan kelompok agama dan rezim mana saja (tak peduli agamis atau atheis, kapitalis atau komunis), asal hasrat untuk saling memusuhi, saling perang, saling bunuh, dan mengubur rival-rivalnya itu tercapai. Lihatlah Irak, Suriah, atau Yaman yang porak poranda.

Banyak kaum Muslim awam (kaum Mamat-Mimin) yang rela menjadi "wayang" dan berbaku hantam dengan sesama Muslim. Padahal, yang menikmati hasil pertikaian itu adalah kaum elit, khususnya elit politik dan elit bisnis, baik dalam negeri maupun Luar Negeri, baik rezim Islamis, sosialis-komunis, maupun rezim liberalis-kapitalis. Buat kelompok elit ini (kaum Momon), mereka tidak peduli masalah "konflik keagamaan". Yang mereka pikirkan adalah keamanan bisnis-ekonomi. Ideologi dan tetek-bengek lainnya hanyalah jalan belaka.
Tengoklah sejarah Afghanistan. Kalau Arab/Timur Tengah mungkin Anda sudah bosan dan mual. Negara yang mendapat julukan "highway of conquest" ini sudah lama menjadi ajang pertempuran antar-kelompok Islam dari berbagai etnis (Pasthun, Tajik, Hazara, dlsb), ormas dan parpol, yang bersekongkol dengan rezim kapitalis maupun komunis.
Sudah bukan rahasia lagi jika Amerika-lah dulu yang menahkodai, mendanai, dan mengtraining ribuan pasukan Mujahidin (dari Afganistan, Pakistan, maupun kawasan Arab) selama 10 tahun pertempuran sejak awal 1980-an guna melawan faksi-faksi Muslim yang didukung oleh Soviet. Para pentolan "tentara Mujahidin" seperti Abdullah Azam, Osama bin Laden, Ahmad Shah Massoud, Gulbuddin Hekmatyar, Burhanuddin Rabbani, Abdul Rasul Sayyaf, dlsb, semua adalah "anak didik" Amerika.
Mereka berperang melawan kaum Muslim dan faksi-faksi Islam di bawah komando Babrak Karmal dan Najibulllah yang disokong oleh Uni Soviet.
 Komunisme dulu pernah berjaya di Afganistan, melalui People's Democratic Party of Afghanistan (PDPA), sebuah parpol berhaluan sosialis-komunis yang berdiri tahun 1965. Partai ini dulu berhasil menggulingkan Dinasti Musahiban yang berkuasa di Afganistan sejak 1929 dan sukses mengantarkan Sardar Mohammed Daud Khan (Daud Khan) sebagai pemimpin pemerintahan (tahun 1973) setelah sukses menumbangkan Raja Mohammed Zahir Shah yang merupakan sepupu Daud Khan sendiri.
Sayang partai ini terlibat konflik internal akut, antara kelompok Parchami dan Khalqis, yang mengakibatkan kudeta berdarah dan terbunuhnya Daud Khan dan mengakibatkan kekacauan politik di Afghanistan. Pada saat kacau itulah, Soviet datang untuk "menstabilkan" suasana sosial-politik dan membantu "rekonsiliasi" antar-kelompok komunis Afgan. Tapi gagal. Bukannya perdamaian, Afghanistan justru menjelma menjadi medan perang dan ladang pembunuhan yang mengerikan antar berbagai faksi Islam setelah Amerika dan sekutunya "turun gunung" ikut menggempur Soviet.

Itulah yang terjadi di Arab dan Timur Tengah dewasa ini: para politisi dan pedagang kapitalis Amerika dan sosialis-komunis Russia adu kekuatan, dengan bersekutu dengan berbagai kelompok Islam lokal dengan memainkan isu-isu agama dan etnis yang sangat digemari Mamat-Mimin. Itu juga yang terjadi di Indonesia dan di Jakarta sejak zaman Orde Baru sampai orde gak tahu apa namanya sekarang ini. Tidakkah Anda membaca dan menyadarinya?

Renungkan Pesan Habib Luthfi bin Yahya - Pekalongan:

Kenapa Kaum Muslim Mudah Diobok-Obok? Kenapa Kaum Muslim Mudah Diobok-Obok? Reviewed by Erhaje88 Blog on May 19, 2017 Rating: 5

No comments:

Erhaje88 tidak bertanggung jawab atas isi komentar yang ditulis. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Stay Connected

Powered by Blogger.