Oleh: Gusti Kanjeng Najib
Disaat presiden Jokowi berusaha merangkul pesantren dengan menetapkan hari santri hingga sowan/
kunjungan ke berbagai pesantren, justru Muhadjir Efendi sebagai Mendikbud melakukan hal sebaliknya dengan merencanakan memberlakukan 8 jam sekolah yang bisa mengancam TPQ/MADIN yang merupakan anak asuh pesantren.
Dibandingkan kementrian lainnya yang berlomba-lomba menunjukkan kontribusinya bagi negara, justru kemendikbud jalan di tempat atau bahkan bergerak mundur, minim kontribusi dan terkesan asal-asalan mengambil kebijakan.
Kebijakan 8 jam sehari menunjukkan bahwa sang menteri tak paham problem pendidikan Indonesia bahkan tak terlihat usaha memahami problem tersebut. Tak seperti presiden yang aktif turun ke bawah, mengecek pembangunan, blusukan melihat problem dilapangan justru mendikbud tak pernah terdengar melihat kondisi pendidikan di daerah terpencil. Masalah pendidikan Indonesia bukan pada kualitas pendidikan, namun pada pemerataan pendidikan.
Kita bisa melihat tak sedikit anak bangsa yang menjadi juara olimpiade dunia disaat bersamaan sangat banyak anak bangsa yang kesulitan mengakses pendidukan karena minimnya fasilitas, akses jalan yang berat, hingga tak memadainya tenaga pengajar dan masih banyak lagi. Belum lagi kondisi ekonomi orang tua yang sulit dan pas-pasan.
Pak menteri, Buka mata anda. Dipelosok pedeseaan menempuh perjalanan ke sekolah hampir dua jam dengan bertaruh nyawa bergelantungan di jembatan yang berbahaya bahkan menyeberangi sungai tanpa jembatan. Jika mereka harus pulang pukul empat sore berarti baru sampai dirumah menjelang maghrib, betapa letihnya mereka. Ya kalau di rumah langsung istirahat, tak sedikit dari mereka yang harus membantu orang tuanya seperti menyabit rumput, ke sawah bahkan mencari uang untuk menyambung hidup mereka. Sekali lagi Buka mata Anda.
Belum lagi kebijakan tersebut justru akan mematikan TPQ dan Madrasah Diniyyah yang terbukti mampu membentuk moral dan karakter anak-anak menjadi baik. Anda bisa membandingkan moral anak SD/SMP/SMA yang sore hari sekolah di TPQ atau Madin dengan anak yang hanya sekolah di sekolah formal pagi hari saja. Mayoritas yang memililki moral baik adalah yang sorenya sekolah di TPQ/MADIN. Siswa yang terlibat Tawuran, narkoba hingga seks bebas adalah siswa yang hanya sekolah di formal tanpa sekolah di TPQ/MADIN sore harinya.
Jika anda berdalih kebijakan 8 jam sekolah ini hanya untuk sekolah yang siap saja maka anda menghilangkan keadilan bagi rakyat untuk memperoleh pendidikan yang sama.
Ingat, Anda ini menteri pendidikan, maka kebijakan yang anda ambil harus dapat diterapkan di semua sekolah di Indonesia. Jika tidak, maka sebaiknya anda meletakkan jabatan anda sebagai menteri, masih banyak yang lebih layak menduduki posisi MENDIKBUD di bandingkan anda.
Blunder Jokowi Itu Bernama Muhadjir Efendi
Reviewed by Erhaje88 Blog
on
June 12, 2017
Rating:
No comments:
Erhaje88 tidak bertanggung jawab atas isi komentar yang ditulis. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE