Sidebar Ads

banner image

Antara Teh Kang Emil dan Kopi Denny Siregar

Oleh: Putra Rahman

Bagi saya pribadi, Kang Emil dan Denny Siregar  sangat mengasyikkan. Mereka selalu lugas dalam berbicara..., eh maksud saya mereka dalam menulis post sebagai repesentasi bicaranya. Mereka selalu terbuka alias blak-blakan bin "tanpo tedeng aling-aling" dalam penyampaian. Diantara mereka juga mempunyai ciri khas tersendiri, dan inilah yang menjadikan seni. Di sini bukan membahas seni itu indah ataupun kotor, karena antara suci & kotor itu tergantung persepsi masing-masing orang, walaupun ada manusia di seberang sana yang selalu merasa diri dan kelompoknya itu tanpa pernah salah alias suci, sedangkan di seberangnya lagi selalu salah alias kotor.

Indahnya perbedaan pandangan yang disampaikan oleh keduanya bisa menambah khasanah pengetahuan dan memperkaya serta memperluas wawasan cakrawala. Bagi yang anti perbedaan, mungkin akan melihat keduanya untuk saat ini berseteru bin bentrok. Ibarat yang tidak suka kopi pastinya akan bilang kopi itu tidak bagus untuk kesehatan. Dan mengatakan teh lebih baik daripada kopi. Sebaliknya pun begitu, bagi penikmat kopi pasti lebih suka membicarakan kopi beserta manfaatnya.

Naaah... Topik yang sedang panas dibicarakan mereka berdua adalah tentang keadilan. Topik yang panas, namun tak sepanas teh dan kopi yang disajikan. Kalau menurut kang Emil, ke-adil-an itu proporsional. Ya memang betul sih, adil itu belum tentu memberikan sesuatu yang sama rata, namun dalam hukum dan pelayanan itu harus sama rata. Seperti contoh, orangtua memberikan memberikan kasih sayang yang merata kepada semua anaknya, namun tidak bisa memberikan pakaian yang sama ukurannya. Uang saku sekolah anak SD yang jaraknya dekat dari rumah, pastinya berbeda dengan uang saku anak SMP yang jaraknya jauh dari rumah. Namun dalam memberikan kasih sayang tetap sama rata.
Jika kang Emil memberikan bantuan (kredit) lewat masjid (tempat ibadah), seharusnya juga menyalurkan lewat tempat ibadah umat agama lain karena warga kota Bandung tidak cuma beragama Islam, walaupun warga non Muslim juga dilayani kredit ini melalui BPR. Atau penyalurannya lewat tempat milik pemerintah biar bisa "adil" karena tidak hanya mengutamakan warga yang beragama Islam. Mereka semua adalah warga yang berhak dan berkewajiban yang sama, tidak ada yang namanya Mayoritas ataupun Minoritas.

Di sini saya setuju dengan Bung Denny yang bilang harus hilangkan kata "Mayoritas & Minoritas" karena kita adalah warga negara punya kedudukan yang sama, sesuai dengan Pancasila sila ke 5, yaitu Ke-adil-an sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Namun belum tentu serta merta harus sama porsinya. Ibaratnya, seorang karyawan yang sudah lama bekerja dan juga berprestasi pasti berbeda gajinya dengan karyawan yang lain, bahkan UMK tiap daerah juga tidak bisa sama rata.

Dalam membangun suatu daerah pun Pemerintah tidak bisa membangun sama rata antar daerah. Di Jawa kebutuhan listrik sangat tinggi, sedangkan di luar Jawa sana malah kurang pasokan listrik bahkan ada yang belum teraliri listrik. Maka pemerintah harus membangun pembangkit listrik untuk mencukupi kebutuhan warga yang ada di sana, walau pembangunannya tidak sebesar daya listrik yang ada di Jawa, karena yang pasti kebutuhan listrik lebih banyak di Jawa. Yang penting listrik tersebut bisa untuk mencukupi kebutuhannya. Tidak mungkin, misalkan di Jawa daya 1000 MW digunakan 10.000 warga, sedang di luar Jawa dibangun juga listrik dengan daya 1000 MW untuk digunakan 10 warga? Yang pasti, warga berhak sama dalam mendapatkan pasokan energi listrik, serta berhak yang sama dalam pelayanan dari pemerintah. Mungkin inilah yang dimaksud oleh bung Denny tersebut.

Karena keadilan adalah hal-hal yang berkenaan pada sikap dan tindakan dalam hubungan antar manusia yang berisi sebuah tuntutan agar sesamanya dapat memperlakukan sesuai hak dan kewajibannya. Keadilan berarti tidak berat sebelah, menempatkan sesuatu ditengah-tengah, tidak memihak, berpihak kepada yang benar, tidak sewenang-wenang. Dalam artian lain yaitu keadaan antar manusia yang diperlakukan dengan sama sesuai dengan hak dan kewajibannya masing-masing.
Untuk teman yang suka minum teh, silakan ngeteh bersama kang Emil!
Sedangkan teman yang suka ngopi, silakan ngopi bareng bung Denny!
Di sini saya akan nyusu aja deh!
Eits, bagi yang suka air tawar ataupun soft drink, jangan suka meluapkan kemarahan kepada Teh, Kopi, ataupun susu ya!

Pilihan dan pendapat boleh beda, tetapi kita adalah sama, warga negara Indonesia yang menjunjung tinggi Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika!
Jika tidak mengakui Pancasila, berarti bukan Warga Negara Indonesia.
Simpel kaaan????
Salam dari saya, si orang kampung untuk kalian berdua!
Antara Teh Kang Emil dan Kopi Denny Siregar Antara Teh Kang Emil dan Kopi Denny Siregar Reviewed by Erhaje88 Blog on August 19, 2017 Rating: 5

No comments:

Erhaje88 tidak bertanggung jawab atas isi komentar yang ditulis. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Stay Connected

Powered by Blogger.