Sidebar Ads

banner image

Siapapun Presidennya, Akan Selalu Dihujat dan Dicaci-maki

Oleh: Abdullah Nasikin

Ini sungguh merupakan suatu fakta yang terjadi di negara kita tercinta, yakni Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI, dimana kita sudah terbiasa meneriakkan slogan NKRI Harga Mati namun hujatan dan caci makian kepada kepala negara tidak pernah berhenti. Apakah ini yang diajarkan para orang tua kepada anak-anaknya? Apakah ini yang akan kita wariskan kepada anak anak kita kelak? Sungguh, saya tidak rela jika anak-anak saya sekarang sudah belajar mencaci maki dan menghujat dengan cara begitu rupa.

Sejak zaman presiden Soekarno berkuasa, sampai sekarang presiden Joko Widodo menjadi kepala negara RI, tidak seorang pun dari mereka yang lepas dari hujatan dan caci maki. Soekarno mendapatkan hujatan begitu nyata, terutama pada saat kejatuhannya. Hujatan yang sangat sistematis dan terpola. Soeharto pun demikian. Hujatan begitu deras kepadanya menjelang akhir kepemimpinannya.
Bagaimana dengan Habibie? Meski hanya seumur jagung memimpin, hujatan langsung menghunjam Habibie karena lepasnya Timor Timur.
Bagaimana dengan Abdurrahman Wahid? Sang presiden yang begitu dicintai kaum Nahdliyin itu, juga habis dicaci maki berbagai pihak karena gaya kepemimpinannya. Pun demikian dengan Megawati. Penjualan aset dan sikap banyak diamnya, menjadi sasaran empuk hujatan dan caci maki.
Sejarah menunjukkan, ternyata bangsa kita suka menghujat dan mencaci maki. Yang menjadi sasaran caci maki dan hujatan, justru adalah orang orang hebat dan terbaik bangsa ini.
Apakah itu yang diajarkan para orang tua kita?
Lihatlah sekarang, ketika para pemimpin itu yang sudah tidak lagi berkuasa. Sebagian besar orang justru melihat sisi baiknya. Aneh memang. Dulu, ketika mereka masih ada yang dicari cari adalah sisi negatifnya. Dan memang lebih asyik dan lebih mudah mencari kelemahan orang lain dari pada keunggulannya. Pekerjaan para politisi dalam bersaing dengan lawan politiknya adalah mencari kelemahan pesaing. Kita, saya dan anda serta kalian sesungguhnya menjadi korban “kebiadaban” para politisi busuk itu yang disokong dengan suka cita oleh media massa. Kita dipaksa untuk mencari kelemahan orang lain, bukan kelebihannya. Sadar atau tidak sadar, kita sudah terjebak dalam pola itu.

Sejak dulu sampai sekarang. Kita baru akan benar-benar menyadarinya kelak.
Soekarno ternyata orang hebat. Kepempimpinannya diakui oleh banyak bangsa lain. Dia menginspirasi bukan hanya anak bangsa kita, tapi juga anak bangsa lain. Bangsa-bangsa di Afrika menjadikan Soekarno sebagai tokoh dunia yang dihormati dan disegani. Sekarang, setelah sekian lama Soekarno wafat, barulah bangsa ini menyadari betapa hebatnya orang itu.

Soeharto, sudah berhasil meletakkan dasar dasar pembangunan. Dia hebat dalam merekrut orang-orang yang tepat di bidangnya. Dia piawai sebagai seorang pemimpin yang disegani. Sekarang sudah mulai ada orang yang merindukan Soeharto. Rindu dengan stabilitas ekonomi yang diciptakannya.

Habibie...? Salah satu orang Asia yang paling dihormati oleh bangsa Jerman adalah Habibie. Dia hebat. Dia piawai di bidangnya. Tidak layak jika kehebatannya di bidang aeronautika, tenggelam hanya karena kepemimpinan seumur jagungnya. Kebijakan yang salah bukan perbuatan kriminal.

Gus Dur juga orang hebat. Salah satu orang terhebat yang dimiliki bangsa ini. Dia sangat berjasa buat banyak kalangan. Sikap pluralisnya membuat sekat sekat antar bangsa, antar suku, antar golongan, menipis bahkan lenyap. Dia mengajari kita bagaimana saling menghargai dan menghormati orang lain dengan cara yang sesungguhnya.

Megawati adalah wanita pertama di Indonesia yang menjadi presiden. Kurang hebat apa? Tidak ada satupun wanita Indonesia yang mampu mencapai posisi seperti Megawati. Bahkan, yang bisa menyamainya hanyalah Soekarno, Soeharto, Habibie, Gus Dur, SBY, dan Jokowi. Seluruh laki-laki lainnya di muka bumi Indonesia, kalah prestasinya dibanding Megawati. Dia wanita hebat, dan menjadi inspirasi buat wanita-wanita lainnya di Indonesia. Bahwa wanita juga bisa!

Posisi presiden adalah posisi tertinggi dalam sebuah negara. Jika kita bertanya kepada anak-anak tentang cita-cita, maka cita-cita tertinggi adalah menjadi presiden. Tidak ada yang lebih tinggi dari itu. Pencapaian tertinggi seorang manusia Indonesia dalam karirnya adalah menjadi presiden. Posisi puncak. Hanya orang tertentulah yang bisa menduduki posisi tersebut, yaitu orang-orang hebat, orang-orang terbaik bangsa ini. Tidak mungkin orang biasa-biasa saja mampu menduduki posisi itu. Dia mesti orang hebat. Orang luar biasa. Punya lebih banyak kelebihan dibanding kelemahan.
Kenapa justru posisi puncak yang hanya diduduki oleh segelintir orang terbaik itu, malah menjadi lahan caci maki dan hujatan?
Seolah-olah yang mencaci maki dan menghujat, jauh lebih baik dibanding mereka...
Inilah negara kita tercinta!
Inilah Republik Indonesia!
Siapapun Presidennya, Akan Selalu Dihujat dan Dicaci-maki Siapapun Presidennya, Akan Selalu Dihujat dan Dicaci-maki Reviewed by Erhaje88 Blog on August 19, 2017 Rating: 5

No comments:

Erhaje88 tidak bertanggung jawab atas isi komentar yang ditulis. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Stay Connected

Powered by Blogger.