Sidebar Ads

banner image

Antara Wahabi Dengan Saracen

Oleh: Semar (Musoffa Irfan)
Apa bedanya Wahabi dengan Saracen? Hampir tidak ada. Keduanya sama-sama menebar kebencian. Jika Saracen menebar kebencian dengan mengangkat isu SARA, maka Wahabi secars spesifik menebar kebencian dengan mengangkat isu khilafiyah dalam agama.
Yang menjadi sasaran tembak kebencian kaum Wahabi umumnya adalah warga NU yang konsisten menjalankan amalan tahlilan, yasinan, shalawatan Al-barzanji, maulidan, khaul, ziarah kubur, dan semacamnya.
Semua amalan-amalan tersebut oleh paham Wahabi dituduh bid'ah dan syirik.

Hal-hal sepele yang sudah mentradisi dikalangan masyarakat, seperti sungkeman kepada kedua orangtua, cium tangan kepada guru atau Kiai juga dipertanyakan, dan dipandang sebagai perilaku bidah.
Begitu juga berjabat tangan setelah shalat juga dituduh sebagai tindakan bid'ah.
Benar kata Cak Nun, "Iki bar shalat rek.. opo maneh bersalaman, Sampeyan ngising wae gak opo-opo.. Ya Allah... Kok ono rek model menungso kakune koyo ngono.."
Yang menyedihkan lagi, berdzikir usai shalat dengan menggeleng-gelengkan kepala juga tak luput dari bahan cemoohan mereka. Ustadz Firanda, seorang ustadz Wahabi, dsngan gaya parodi menirukan, katanya, "Geleng-gelengkan kepala gini enak juga nih buat tryping..nah kalau ada musiknya lebih enak lagi..iya khan.." Lalu seluruh jamaahnya tertawa terbahak-bahak.
Para ustadz Wahabi lupa, bahwa menggeleng-gelengkan kepala itu tindakan otomatis, spontan, dan simultan dengan bacaan tahlil. Semakin tinggi puncak konsentrasi, maka semakin terasa kenikmatan itu, dan semakin tak terkontrol pula gerakan kepala. Inilah puncak ekstasi itu tercapai, manakala terjadi kemenyatuan antara hamba dan Tuhan. Jangan heran, jika dalam situasi seperti itu, maka suasana bathin seorang hamba merasa sangat kecil di hadapan Tuhan, lalu yang ada hanyalah kucuran air mata sebagai ekspresi kepasrahan jiwa secara utuh.

Apakah orang Wahabi bisa? Tidak, karena mereka menolak tasawwuf, yang dianggapnya penyimpangan beragama. Padahal tasawuf sesungguhnya mengajarkan nilai-nilai keikhlasan, kerendahan hati, ketundukan, dan jalan menuju telaga ketenangan, agar formalisme Syariah tidak terasa gersang dan kering kerontang.
Jangan heran, jika ceramah ustad Wahabi sering sekali diliputi nuansa kesombongan, arogansi personal, paling benar, dan merasa paling masuk surga sendiri.

Belakangan, para ustadz Wahabi bahkan berani mempersoalkan upacara bendera dan hormat kepada bendera merah putih. Dan lagi-lagi, hujjahnya sama, itu haram, bid'ah atau syirik.
Ini tentu sikap yang sidah berlebihan dan melewati batas toleransi. Maka wajar jika para kyai NU mencoba melakukan bantahan sebagai reaksi atas sikap mereka yang cenderung merasa paling benar, dan lainnya dituduh salah, sesat dan pelaku bidah.
Bukan hanya itu. Imam Al-Ghazali, yg oleh para ulama diberi gelar hujjatul Islam, tak luput dari sasaran kritik.
Kata mereka, "..Seribu lebih hadits dalam kitab Ihya' Ulum ad-din itu dlaif, maka wajar saja kalau jebolan Ihya' benci Sunnah. Bertahun-tahun belajar mereka gak paham bid'ah. Lha wong belajarnya salah..!"

Kaum Wahabi seolah mengidetikkan bahwa setiap hadits dlaif itu palsu. Harus dilihat dulu, dlaif dari segi sanad atau matan. Hadits dlaif dan palsu itu beda. Hadits dlaif, sepanjang itu untuk merangsang hal-hal kebaikan, bukan untuk hujjah halal dan haram, maka tetap bisa digunakan sebagai dasar amaliyah.

Saya sangat yakin, ulama sekaliber Imam Al-Ghazali pasti tidak sembarang comot dan tanpa penelitian dan pertimbangan yang matang ketika menggunakan hadits dlm kitab Ihya'.
Karena itu, bisa dimaklumi jika shahih Bukhari, Muslim, Musnad Ahmad, dn kitab kitab hadits lainnya, tetap dijumpai sejumlah hadits yang dlaif.
Pertinyiinyi.. Apakah kami harus lebih percaya kepada ustad-ustad Wahabi yang diselimuti hawa nafsu dan miskin keikhlasan itu daripada Imam Al-Ghazali?

Karena perilaku yang hitam putih, dan hanya menggunakan kaca mata kuda itulah, maka wajar jika Wahabi ditolak oleh masyarakat Bogor, dan sebentar lg mungkin seluruh Nusantara akan menolaknya.
Silahkan kaum Wahabi terus-menerus menebar kebencian, sehingg mrk sampai melupakan diri mereka sendiri beribadah kepada Tuhan..
Wahabi adalah Saracen
(facebook.com/musoffairfan)
Antara Wahabi Dengan Saracen Antara Wahabi Dengan Saracen Reviewed by Erhaje88 Blog on August 31, 2017 Rating: 5

No comments:

Erhaje88 tidak bertanggung jawab atas isi komentar yang ditulis. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Stay Connected

Powered by Blogger.