Sidebar Ads

banner image

Sikap Toleransi KH Said Aqil Siradj Sebagai Usaha Menyemai Peradaban & Perdamaian Dunia

"Bagi non-muslim yang ingin mengetahui Islam, silahkan mempelajari al-Quran dengan baik, di sana akan banyak mengetahui pandangan Islam mengenai Yahudi, Kristen, dan pandangan mengenai prinsip-prinsip pembangunan peradaban lainnya (KH Said Aqil Siradj)"


Toleransi akhir-akhir ini menjadi kalimat yang merdu di telinga masyarakat Indonesia. Kerukunan antar umat beragama menjadi dasar akan mencuatnya kalimat tersebut di tengah-tengah masyarakat Indonesia seiring dengan berbagai kekerasan yang muncul. Keberagaman suku, ras, agama, adalah modal dasar yang meski dihadapi dalam tolerasnsi tersebut. Merupakan nilai yang sangat mahal bila sebuah negara dan masyarakatnya mampu memiliki jiwa toleransi demi terciptanya masyarakat yang berbudaya dan tidak saling merasa paling benar.

 Dalam hal toleransi, kiai Siad Aqil Siroj memiliki pandangan yang sangat unik untuk dijadikan landasan beragama dan bernegara setiap siapa saja, khususnya yang ada di Indonesia sebagai negeri pluralitas. Menurutnya, pentingnya toleransi adalah bukan saja untuk menghormati dan menerima keberagaman, tetapi juga untuk membangun Indonesia yang lebih baik dalam segala bidang. Toleransi meski diremajakan lagi untuk memancarkan wajah Indonesia yang lebih baik dalam segala sektor. Menurut lulusan Ummul Qurra, Makkah tersebut bahwa, toleransi, yang bermakna saling menghormati satu sama lain, adalah sangat dibutuhkan demi mendukung keberhasilan pembangunan di Indonesia. Hal terebut disampaikan kiai asal Cirebon tersbut saat acara Human Rights and Faith in Focus EU-Indonesia Civil Society, sebagai acara Seminar di Jakarta, pada Senin 24 Oktober 2011.
Dalam itu kang Said juga menegaskan, toleransi antar umat beragama yang pada akhirnya mampu memperbaiki Indonesia dalam segala sektornya diperlukan kekuatan dan ketulusan dalam merealisasikan masyarakat yang beradab serta toleran di negeri ini. Dengan terealisasikannya hal itu maka perkembangan Negara Indonesia dalam menuju masyarakat yang beradab, maju, dan menjadi kiblat peradaban dunia akan mudah tercapai.

 Tentu saja, hal tersebut mengingat akan perilaku Nabi Muhammad saw yang sangat toleran dalam masa dakwahnya. Nabi Muhammad sendiri saat berdakwah di Makkah sama sekali tidak menghancurkan berhala-berhaa yang biasa dijadikan sesembahan oleh orang-orang musyrik. Dakwah Nabi Muhammad dalam mentransformasikan Islam dengan cara yang santun, tidak dengan kekerasan. Hal itu terlanjut saat beliau Hijrah ke Yatsrib, Nabi Muhammad saw tidak mengeneralisasikan masyarakatnya untuk menganut paham yang satu atau budaya yang satu demi menerapkan peradaban yang sejatinya. Namun dalam Madinah itu Nabi yang mengotoritaskan peradaban untuk kemudian mencapai pembangunan yang baik dalam segala sektor.
Hal ini terlalu jelas untuk diungkapkan, dengan toleransi setiap manusia yang ada dalam berbagai suku, agama, ras, budaya, mereka akan bahu membahu untuk terciptanya negara yang rukun, akur, dan saling bertukar pikir dalam membawa negeri yang juga merupakan warisan dari para leluhur yang majemuk yang sangat menghormati perbedaan dalam bingkai toleransi. Semua itu agar terciptanya peradaban yang baik, dan kemajuan dalam segala sektornya, mengingat semua lini akan memberi masukan dan pemikirannya demi Indonesia yang sadar memiliki mimpi besar.

 Dengan berkiblat pada Nabi Muhammad saw, kiai Said kekeuh untuk menegakkan sikap toleransi antar umat beragama. Keberagaman Indonesia yang sudah lama tercipta, terus beliau rawat dan ruat dengan bingkai Negara Kesatuan republik Indonesia (NKRI). Sikap tegasnya dalam menjaga kerukunan dan toleransi beliau aktualkan dalam setiap pidatonya di depan ribuan masyarakat atau juga dalam jawaban yang beliau lontarkan setiap ada isu atau aksi kekerasan yang kembali menimpa Indonesia. Selain itu, diejewantahkan dalam dirinya menjadi ketua persatuan organisasi Islam se-Indonesia.
Semua itu kang Said ejewantahkan sebagai baktinya kepada negeri, dan menghormati warisan toleransi dalam keberagaman yang sejatinya telah pada pundak masyarakat Indonesia demi terciptanya peradaban dunia di negeri Indonesia. Beliau menjadi garda depan dalam mengecam terorisme dan anarkhisme. Tentu, merupakan hal yang sangat jelas bahwa hal tersebut adalah andil kiai Siad sebagai ketua PBNU untuk terus menentramkan dan menjaga keutuhan negara, dan demi tercapainya peradaban yang baik dalam negeri ini.
Untuk merealisasikan semua itu, masih menurut kang Siad, diperlukan masyarakat yang komunikatif intansif antar umat beragama agar semua orang mampu belajar dengan baik dan benar. ‘’Bagi non-muslim yang ingin mengetahui Islam, silahkan mempelajari al-Quran dengan baik, di sana akan banyak mengetahui pandangan Islam mengenai Yahudi, Kristen, dan pandangan mengenai prinsip-prinsip pembangunan peradaban lainnya.’’ Tandasnya kiai Siad sebagaimana dilansir dalam NU Online.

 Kata kang Said, Nahdlatul Ulama (NU) yang saat ini menjadi civil society terbesar di Indonesia akan tetap berjalan dalam kaidah membangun peradaban. Ajaran Islam yang dimaknai NU akan selalu menjadi aturan untuk mewujudkan tatanan masyarakat yang menjunjung tinggi martabat manusia, siapapun dan apapun golonganya.
Ulama yang merupakan kelahiran Cirebon itu mengungkapkan juga bahwa Indonesia merupakan negara yang damai. Negara yang nyaman yang didiami oleh beragam etnis, budaya, suku, agama maupun suku. Resolusi Jihad NU pada tahun 1945 juga merupakan usaha yang sangat jelas sebagai usaha NU dalam menjaga peradaban Indonesia yang sempat kembali dikuasai oleh penjajah.
Betapa Kiai Said sangat menekankan sikap toleransi. Meski tidak jarang pernyataan perihal toleransinya digubris oleh banyak warga Indonesia, yang mungkin, belum banyak memahami secara subtansinya apa yang dimaksud kang Said melalui pernyataan-pernyataannya. Lihat saja misalnya, ketika kiai Siad membolehkan muslim mengucapkan ‘’Selamat Natal’’, sontak masyarakat kaget dan terenyuh akan pernyataan yang di bawah oleh ulama yang mengemban NU itu. Bagaiman tidak, pernyataan yang terkesan aneh dan tidak umum itu membuat telinga masyarakat panas sebab bagi mereka [mungkin] mencampuradukan Islam dengan agama lain.
Masih banyak lagi pernyataan kang Said yang sering membuat masyarakat belum memahami secara hakikat. Sehingga dengan mudah mereka mengecap kang Siad dengan capan yang tak semeskinya, seperti cap liberal, bahkan label Kafirpun telah menyerangnya.

 Tentunya, ungkapan kang Said bukanlah ungkapan asal omong saja. Selain berdalil, juga karena memandang bahwa semua itu balik kepada nilai toleransi yang meski selalu dirawat. Pengucapan selamat Hari Natal adalah salah satu bentuk untuk saling menghormati, saling mencintai, dan saling merajut tali perbedaan demi peradaban yang sejatinya. Bukan bermaksud untuk mencampuradukan agama sebagaimana pandangan yang masih belum lurus.
Akhirnya, kang Said berani mengatakan sesuatu yang berlawanan dengan kebanyakan pandangan masyarakat umum, selagi itu benar. Kang Said berani mengatakan itu salah manakala khalayak umum mengatakan itu benar, selagi itu benag bagi Kiai asal Kempek itu. Kang Said tidak mudah terintervensi oleh pemikiran yang dangkal, siapapun, yang pada akhirnya bisa menuai konflik yang berkepanjangan di negeri ini. Sikap toleransi dalam keberagamaan dan kebernegaraan selalu ditanam dalam diri kiai Siad, demi Indonesia yang aman dan tentram serta terciptanya peradaban serta perdamaian dalam kancah dunia.
(FP/Teras Kiai Said, Santri Pesantren KHAS Kempek - Cirebon)
Sikap Toleransi KH Said Aqil Siradj Sebagai Usaha Menyemai Peradaban & Perdamaian Dunia Sikap Toleransi KH Said Aqil Siradj Sebagai Usaha Menyemai Peradaban & Perdamaian Dunia Reviewed by Erhaje88 Blog on May 26, 2017 Rating: 5

No comments:

Erhaje88 tidak bertanggung jawab atas isi komentar yang ditulis. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Stay Connected

Powered by Blogger.