Sidebar Ads

banner image

Belajar Mengelola Agama Dari Singapura

Oleh: Sumanto Al Qurtuby

Jika Anda pernah jalan-jalan atau bahkan hobi turisme di Singapura tentu Anda biasa menyaksikan warga disini mengatakan: "Anda Muslim? Maaf makanan ini tidak halal. Kalau yang ini halal". Pertanyaan jenis ini khususnya ditujukan untuk orang-orang berparas Melayu yang diasumsikan sebagai -Muslim / Muslimah.


Dari aspek keagamaan, Singapura ini negara yang sangat menarik. Menurut survei dari Pew Research Center, sebuah lembaga non-partisan di Washington, DC, Singapura adalah negara yang paling majemuk di dunia, kemudian disusul Perancis dan Amerika karena itu tidak heran kalau disini banyak tempat ibadah.

Mayoritas warga Singapura adalah umat Buddha (sekitar 34%), kemudian disusul Kristen, Muslim, Hindu. Sekitar 16% penduduk menyatakan tidak memiliki afiliasi agama apapun, 10% menyatakan sebagai pemeluk "agama lain", 2% menyatakan pengikut "agama lokal", dan sekitar 1% menyatakan sebagai pengikut Yahudi.

Menariknya, meskipun sangat plural, kehidupan antar-umat beragama sangat harmonis. Umat beragama juga respek terhadap pemeluk agama lain. Survei dari Institute for Policy Studies juga menujukkan tentang relasi-harmoni dan toleran antar-umat beragama di negara-kota ini.
Apa kunci harmoni dan toleran ini? Menurut survei itu, kuncinya adalah kebijakan pemerintah tentang kehidupan beragama. Negara ini punya sejumlah aturan dan kebijakan seperti Maintenance of Religious Harmony Act dan Interracial and Religious Confidence Circles untuk mengatur masalah harmoni dan kesaling pemahaman antarumat beragama. Dan pemerintah netral dan tegas dalam menjalankan aturan dan kebijakan ini.

Faktor lain adalah tidak adanya pendidikan agama di sekolah-sekolah. Dulu pernah diterapkan tetapi karena dinilai tambah runyam, maka pendidikan agama dihapus dari kurikulum sekolah. Selanjutnya murid-murid diperkenalkan tentang pentingnya"etika beragama" dalam masyarakat plural. Menariknya, meskipun pendidikan agama dihapus di sekolah-sekolah, agama tidak hilang bahkan tumbuh berkembang.
Yang jelas pemerintah tegas dan tidak mengtolerir tindakan kekerasan dan intoleransi atas nama agama tertentu. Silakan merayakan kebebasan beragama tetapi harus rukun, respek, toleran, dan harmonis, jangan bikin onar, jangan rasis, jangan etnosentris, jangan seenak wudelnya sendiri. Indonesia harusnya juga demikian.
Kent Vale, Singapore
Belajar Mengelola Agama Dari Singapura Belajar Mengelola Agama Dari Singapura Reviewed by Erhaje88 Blog on June 10, 2017 Rating: 5

No comments:

Erhaje88 tidak bertanggung jawab atas isi komentar yang ditulis. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Stay Connected

Powered by Blogger.