Sidebar Ads

banner image

Manaqib (Biografi) KH Utsman Al - Ishaqy (5)

Oleh: Sya'roni Assamfuriy


Menjelang meletusnya Madiun Effer (peristiwa Madiun pada tahun 1948 M), Kyai Utsman berkali-kali menerima surat serta saran agar beliau pulang saja ke Surabaya karena situasi yang tidak aman lagi di daerah itu.

Mendengar kabar pulangnya Hadhratus Syaikh KH. Utsman ini, sebagian besar penduduk di lereng Gunung Lawu itu keberatan ditinggalkan oleh beliau. Karena mereka masih amat memerlukan doa, ilmu serta barokah dari beliau. Bahkan ada warga yang berjanji memberikan 20 hektar kebun kepada Hadhratus Syaikh agar beliau sudi tetap tinggal di desa itu. Tetapi setelah beliau melakukan istikharah akhirnya beliau menetapkan kembali ke Surabaya.

Hadhratus Syekh KH. Muhammad Utsman Al Ishaqy ( Surabaya) bersama Habib Ali bin Husein al-Atthos Jakarta (Habib Ali Bungur)/wikiaswaja NU (moslemwiki.com)


Hubungan Erat Guru dan Murid

Ketika Hadhratus Syaikh menjadi santri di pondok Rejoso, beliau masih muda belia. Masa itu beliau sering dijumpai oleh Nabi Khidhir As. sehingga beliau laporkan kepada Kyai Romly dan dijawab oleh Kyai: “Mengapa tidak kau minta datang kemari wahai Utsman?”

Hadhratus Syaikh sejak kecil sampai akan pulang ke rahmatullah selalu istiqamah dalam segala perilaku, perbuatan serta ucapan yang beliau tiru dari Rasulullah Saw. Tak pernah terlihat beliau hadats dan semua menyaksikan bahwa keseluruhan waktunya hanyalah untuk mnemgabdi kepada Allah Swt. Maka pantaslah kalau beliau dipilih oleh Kyai Romly sebagai Khalifahnya. Dalam hubungan ini Kyai Romly pernah bermimpi bahwa di Surabaya terdapat sebuah pabrik besar yang terus menerus berproduksi di bawah pimpinan Hadhratus Syaikh KH. Muhammad Utsman. Itulah Thariqat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah yang beliau asuh.

Sebelumnya Kyai Romly sering menampakkan dan melahirkan ridhanya kepada Kyai Utsman, sampai beliau mengatakan: “Alangkah besar ridha saya kepadamu wahai Utsman.” Dan Hadhratus Syaikh meminta pendapat tentang Khalifah Syaikh Abdul Qodir al-Jailani Ra. Kyai Romly tersenyum-senyum sambil melihat dan menunjuk pada Kyai Utsman. Sebaliknya Kyai Utsman kepada Kyai Romly juga fanatik dan sering merindukannya apabila berpisah agak lama.

Pada suatu hari putra beliau yang bernama Abu Luqmanul Hakim sewaktu masih kecil jatuh dan terbentur pada tepi meja di rumahnya sehingga dari kepalanya mengalir darah yang banyak sekali yang cukup mengkhawatirkan keluarga beliau. Maka oleh keluarga beliau supaya beliau mengantarkan putranya ke rumah sakit Karang Tembok dan kalau tidak berhasil terus ke Simpang. Padahal Hadhratus Syaikh ketika itu akan pergi ke Rejoso karena sangat rindu kepada Kyai Romly, maka beliau berkata dalam hatinya: “Saya harus pergi ke Rejoso. Tentang nasib anak saya, saya pasrahkan kepada Allah.
Ketika beliau berjumpa dengan Kyai Romly di Rejoso, sang guru mengatakan:“Anakmu tidak apa-apa.” Dan benar kata Kyai Romly bahwa anaknya, Abu Luqmanul Hakim, dalam keadaan sehat wal afiyat, bahkan sedang memakan nasi goreng sekembalinya Kyai Utsman dari Rejoso berkat ketaatan serta kecintaan beliau kepada gurunya, Kyai Romly Tamim.

Juga pada suatu hari ketika akan menyelenggarakan walimah di rumah setelah Maghrib, beliau terlebih dahulu meminta izin kepada Kyai Romly. Sesampainya di Rejoso tepat pada waktu shalat Dzuhur, sesudah shalat berjamaah di masjid, Kyai Romly mengatakan kepadanya: “Sekiranya kamu tinggal di pondok seperti yang lalu, maka malam ini saya ajak memenuhi undangan Manaqiban di Jombang.

Maka Kyai Utsman menjadi bimbang, antara mendampingi gurunya memenuhi undangan Manaqiban di Jombang dan pulang ke rumah untuk mengharapkan tamu-tamu yang beliau undang ke rumah beliau pada malam itu juga. Akhirnya beliau memantapkan pendiriannya memilih mendampingi sang guru seraya berkata dalam hati: “Saya pasrah kepada Allah. Toh nasi-nasi yang telah masak di rumah ada orang-orang yang memakannya, sedangkan menyertai guru adalah lebih utama.

Ketika Kyai Romly mengetahui beliau masih ada di masjid setelah shalat Ashar, berkatalah beliau kepadanya: “Murid yang terdekat kepada gurunya adalah murid yang tahu akan rahasia-rahasia gurunya.”

Penggagas Majelis Manaqib

Kegemaran Hadhratus Syaikh adalah berziarah kepada wali-wali Allah baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia, dan beliau mengenal mereka secara dekat. Bukan hanya nama-nama mereka bahkan nasab mereka dan hubungan mereka satu sama lain. Sampai-sampai beliau hidup-hidupkan dan beliau semarakkan peringatan hari wafat mereka, terutama wafatnya Syaikh Abdul Qodir al-Jailani Ra. Sehingga hampir tiada hari yang lewat di kota maupun desa terutama di Jawa Timur, kecuali di situ terdapat majelis manaqib.

Dalam hal ini Hadhratus Syaikh mentafsirkan qalbun salim dalam ayat: ﻳﻮﻡ ﻻﻳﻨﻔﻊ ﻣﺎﻝ ﻭﻻﺑﻨﻮﻥ ﺍﻻ ﻣﻦ ﺍﺗﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﻘﻠﺐ ﺳﻠﻴﻢ , sebagai hati yang selamat dari penyakit bathin dan penuh rasa cinta kepada Allah, RasulNya, dan para wali-waliNya. Sebab, kata beliau, tanpa wali-wali kita tidak mungkin dapat mengabdi kepada Allah Swt. dengan benar. Maka banyak-banyaklah tawassul kepada Auliya’, insya Allah hati kita akan menjadi khusu’.

Yang mula pertama kali menyelenggarakan manaqiban adalah Hadhratus Syaikh dan kemudian direstui oleh Kyai Romly dengan menyatakan: “Baik Man, teruskan Man!”

Mula-mula yang hadir pada majelis manaqiban di Jatipurwo selama 4 tahun hanyalah 7 orang, 3 orang diantaranya pada musim panas udzur (tidak mampu hadir) karena mengidap penyakit paru-paru.

Pada suatu hari di tengah-tengah Hadhratus Syaikh memimpin istighatsah, datanglah orang yang tidak dikenal secara tiba-tiba dan langsung menelantangkan beliau dan melingkarkan pedangnya pada leher beliau yang terlentang di bawah itu. Peristiwa yang tragis ini diceritakan kepada Kyai Romly, dan beliau hanya menjawab: “Teruskan apa yang telah kamu amalkan, orang tersebut tidak berani menancapkan pedangnya pada lehermu, bahkan dalam waktu dekat ini tidak akan berpisah denganmu sejengkalpun.
Dan kenyataannya seperti apa yang dinyatakan oleh Kyai Romly.
Bersambung...

Baca juga:
-Manaqib (Biografi) KH Utsman al-Ishaqi-4
-Manaqib (Biografi) KH Utsman al-Ishaqi-3
-Manaqib (Biografi) KH Itsman al-Ishaqi-2
-Manaqib (Biografi) KH Utsman al-Ishaqi-1
Manaqib (Biografi) KH Utsman Al - Ishaqy (5) Manaqib (Biografi) KH Utsman Al - Ishaqy (5) Reviewed by Erhaje88 Blog on February 13, 2018 Rating: 5

No comments:

Erhaje88 tidak bertanggung jawab atas isi komentar yang ditulis. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Stay Connected

Powered by Blogger.